Pentingnya kebutuhan pemutakhiran data, verifikasi dan validasi data rumah tidak layak huni. Perlunya koordinasi, perencanaan, dan pengendalian program dilihat dari aspek keselamatan bangunan, seperti atap, lantai, dan dinding rumah; dan aspek kesehatan penghuni, seperti pemenuhan standar kecukupan sarana pencahayaan dan penghawaan/ventilasi rumah hunian miskin ekstrem.
Perluasan dan pemerataan akses dan rumah tanggamiskin ekstrem terhadap pelayanan Rumah Layak Huni/bedah rumah dan perbaikan rumah. Respon cepat terhadap pelayanan dari Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) menjadi Rumah Layak Huni/bedah rumah dan perbaikan rumah. Penyediaan pusat informasi pelayanan rumah layak huni bagi rumah tangga miskin ekstrem.
Kedua, Rekomendasi dan Tindak Lanjut atas Kendala dan Permasalahan: Rendahnya tingkat elektrifikasi. Rangkaian pernyataan dalam rekomendasi dan tindak lanjut, seperti ini.
Pentingnya kebutuhan pemutakhiran data elektrifikasi, verifikasi, dan validasi data KK miskin ekstrem yang terakses dan tidak terakses penerangan listrik. Perluasan akses KK miskin ekstrem terhadap pelayanan penerangan listrik dan respon cepat terhadap permasalahan dan kebutuhan mendesak elektrifikasi bagi KK miskin ekstrem. Penyediaan pusat informasi pelayanan elektrifikasi.
Ketiga, Rekomendasi dan Tindak Lanjut atas Kendala dan Permasalahan: Masih rendahnya akses sanitasi dasar jamban keluarga. Adapun rekomendasi dan tindak lanjut, seperti ini.
Pentingnya kebutuhan pemutakhiran data sanitasi dasar jamban keluarga, verifikasi, dan validasi data KK miskin ekstrem yang terakses dan tidak terakses jamban keluarga. Pentingnya koordinasi dan pengendalian program sanitasi dasar jamban keluarga di lingkup Perangkat Daerah terkait kemiskinan ekstrem.
Sosialisasi, edukasi, dan pembagian leaflet “Stop Buang Air Besar Sembarang (SABS)” dan jamban sehat terhadap seluruh rumah tangga miskin ekstrem. Perluasan akses KK miskin ekstrem terhadap pelayanan jamban keluarga sehat, yang melibatkan Pemerintah Daerah, dunia usaha, dan masyarakat (termasuk rumah tangga miskin ekstrem).
Sampai di sini, kami mencoba untuk mengurut (”kacang”) rekomendasi dan tindak lanjut atas kendala dan permasalahan. Dokumen laporan menyerap fakta atau merangkum realitas sebagai sesuatu yang kasat mata dan teramati hingga sesuatu yang terpikirkan dan tergambarkan. Dokumen tidak berhadapan dengan monumen laporan, melainkan persepsi dan sensasi kemiskinan ekstrem.
Terdapat enam ’rekomendasi dan tindak lanjut atas kendala dan permasalahan program’. Ada tiga ’rekomendasi dan tindak lanjut atas kendala dan permasalahan umum rumah tangga miskin ekstrem’ yang termuat dalam dokumen laporan. Apa lagi berikutnya? Akankah dokumen laporan menjadi monumen? Diterimakah monumen sebagai istilah atau metafora? Apakah hitungan per hari, per tahun atau per periode dari dokumen laporan ke monumen?