Kita tidak bermaksud membela dari salah satu capres dan cawapres. Kita hanya ingin melihat kepentingan jangka panjang.Â
Mungkin kita tidak berbuat kasar hanya karena pihak lain sebagai musuh. Kita setuju, baliho dari pasangan capres dan cawapres bukan sosok teroris, yang diperlakukan semena-semena. Ini kita anggap hanya imajinasi yang ngawur.
***
Secara subyektif, suasananya lebih berbeda saat kita menilai politik dinasti saat Gibran Rakabuming Raka menjadi bakal calon wakil presiden Prabowo Subianto. Acuh-acuh beibe. Gibran jalan terus.Â
Peduli amat yang lain. Tidak sedikit pengamat dan analis politik yang berbicara tidak seperti biasanya.Â
Lebih berbeda lagi urusannya, jika undur diri yang datang secara otomatis berarti tanpa menunggu keputusan secara tertulis atau lisan.
Seseorang keluar dari lembaga resmi karena dia sudah di tempat lain tanpa melalui rapat pimpinan. Meski diucapkan, dia keluar atau undur diri lantaran punya alasan dan skenario tersendiri.
Secara de facto, menurut pengakuan PDI Perjuangan, Gibran Rakabuming Raka sudah berakhir secara otomatis tatkala menjadi calon wakil presiden Prabowo Subianto. Gibran sebagai bacapres yang diusung oleh KIM (Koalisi Indonesia Maju). Gibran secara tersirat mengeluarkan dirinya sendiri.
Faktanya, secara politis, Gibran tidak secara gamblang menarik diri dari PDI Perjuangan. Konstelasi politik panas adem menyamarkan politik dinasti Jokowi. Itulah kepentingan politik yang bercokol agak sulit diterka.
Urusan menjadi aneh saat pihak berwewenang enteng mencopot atribut politik tertentu. Mereka bukan karena tidak doyan atribut politik. Sementara, pihak lain pakai "otot" lewat kuasa untuk membereskan atribut politik.
Jadi, kita tidak menyalahkan siapa-siapa. Pihak yang satu bertumpu pada kekuatan instruksi pimpinan. Sedangkan, pihak yang kedua tampak tidak tersinggung dengan tangan aparat karena atas perintah pejabat tinggi di daerah tersebut. Pihak yang memiliki baliho bergambar bacapres dan bacawapresnya hanya berekspresi kurang sedap dan tidak senang.