Dapat dikatakan disini, bahwa rangkaian fantasi kosong, halusinasi dan gelombang paranoia adalah konsekuensi kecanduan obat terlarang dan sejenisnya, yang memiliki kemiripan penyakit yang akan menggerogoti tubuh.
Ia layaknya penyakit hepatitis, gonjang-ganjing darah, kolesterol menanjak, kacaunya asam urat. Bisa ditebak, kita mungkin akan mencari obat atau dokter.
Memang betul, jika sebuah jam rusak dibawa ke tukang reparasi, mesin mobil diperbaiki di bengkel dan tubuh sakit di bawah ke dokter. Tetapi, seluruh cara pandang itu berakhir, tatkala jaringan-jaringan di luar tubuh kita menghadirkan kesenangan sejati, yang nyata. Tidaklah lantas menyebalkan, bahwa salah satu “obat” mujarab adalah menyenangi musik sembari menyelami teks Descartes, Discourse on Method (1960). Descartes tidak lagi takjub pada mesin otomat yang dipantulkan oleh produksi hasrat dan fantasi. Mungkin kita masih heran, jika delirium, neurosis dan penyakit jiwa lainnya yang tidak dapat dipermainkan dan dilacak melalui mesin otomat. Kita melihat kemiripan kecanduan obat terlarang, diantaranya dengan “kecanduan” untuk membaca buku, kecanduan menonton bola, kecanduang menonton pornografi, dan nge-gaming. Akhirnya, Narkoba menantang pertanyaan tentang hasrat dan kesenangan yang terkontrol.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H