Yang mengetahui adalah mode Ada Dasein sebagai "Ada-dalam-dunia," dan ia ditemukan secara ontik pada status Ada. Tetapi, seperti kita tergugah, kita menemukan secara fenomenal bahwa mengetahui adalah jenis Ada yang termasuk "Ada-dalam-dunia," satu obyek yang tangguh yang seperti sebuah interpretasi untuk mengetahui (that knowing is a mode of Being of Dasein as Being-in-the-world , and is founded ontically upon this state of Being. But if, as we suggest, we thus find phenomenally that knowing is a kind of Being which belongs to Being-in-the-world, one might object that with such an Interpretation of knowing). (BT, 88)
Dasein (Ada-di sana) adalah sebuah entitas dimana setiap berada dalam Aku diriku sendiri; Ada berada dalam setiap kasus yang dimiliki. Inilah definisi yang menunjukkan sebuah status pembentuk secara ontologi, tetapi tidak lebih dari apa yang diindikasinya. (Dasein is an entity which is in each case I myself; its Being is in each case mine. This definition indicates an ontologically constitutive state, but it does no more than indicate it). (BT, 150)
Dasein selalu menjadi permasalahan atau pertanyaan yang tidak pernah berakhir atau tidak pernah tuntas.
Filsafat Analitis
G.E. Moore dan Bertrand Russel mengemukakan istilah "data inderawi" (sense data)Â sebagai suatu hal yang tidak dapat diragukan oleh semua aliran filsafat ilmu pengetahuan (realisme epistemologi dan idealisme epistemologi). Di sini, kesadaran saya mengenai bau wangi mawar, warna hijau dedaunan, tingginya tugu Monumen Nasional (Monas) dan beratnya satu kilogram misalnya, adalah sama. Obyek adalah tetap sama, entah kita mempersepsi atau tidak kita mempersepsi.
Moore, Russel, dan Ludwig Wittgenstein berupaya untuk menekankan pandangan realisme dengan menyatakan bahwa ada kesamaan antara data inderawi dengan obyek yang dipersepsi. Pernyataan (proposisi) berdasarkan data-data inderawi tidak lebih dari bahasa ilmiah yang bisa dianalisi benar tidaknya verifikasi.
Taruhlah misalnya, "Tidak ada kuda di hamparan rumput." Orang lain menyatakan, "Tidak ada kuda di hamparan rumput," maka benar dan salahnya pernyataan itu dapat diuji atau diverifikasi dengan mengacu pada fakta.
Ada dua model bahasa yang rasional (maksudnya yang bisa dibuktikan benar atau salahnya), yaitu (i) kalimat atau proposisi analitis dan (ii) proposisi sintetis. Proposisi analitis adalah pernyataan logika dan matematika; proposisi sintetis pembenarannya berdasarkan fakta.