Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Sebelum Posmodernisme, Ini Secuil Ikhtisar tentang Sejarah Pemikiran Modern

27 April 2023   09:33 Diperbarui: 20 Agustus 2023   10:15 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para tokoh filsafat modern (Sumber gambar: tpaalhuda008.blogspot.com)

Dalam pandangan David Hume yang menarik ketika dia membedakan antara dua jenis persepsi, yaitu (i) kesan (impression) dan (ii) gagasan (ideas). "Kesan" yang dimaksudkan adalah penginderaan langsung atas realitas lahiriah. "Gagasan" yang dimaksudkan adalah ingatan akan kesan-kesan semacam itu.

"Jika anda terbakar di atas oven panas, anda mendapatkan "kesan" segera. Setelah itu, anda dapat mengingat bahwa anda terbakar. Kesan yang diingat itulah yang dinamakan Hume "gagasan." Bedanya, kesan itu lebih kuat dan hidup daripada ingatan reflektif tentang kesan tersebut.

Dia membagi 'kesan-kesan sederhana' (simple impression) dan 'kesan-kesan kompleks' (complex impression); 'gagasan-gagasan sederhana' (simple ideas) dan 'gagasan-gagasan kompleks' (complex ideas). 'Kesan-kesan sederhana'  adalah kesan tentang obyek sederhana (sosok berpakaian merah); 'kesan-kesan kompleks' adalah kesan tentang obyek kompleks (sosok berpakaian merah memakai arloji emas). 

'Gagasan-gagasan sederhana'  memiliki kesan sederhana yang menyerupainya; setiap kesan sederhana memunculkan gagasan yang juga sederhana ("negeri impian"-baldatun toyyiban warabbun ghafur, pemimpinnya adil, rakyatnya makmur sejahtera, bahagia lahir dan batin.)

 'Gagasan-gagasan kompleks' tidak mesti menyerupai kesannya. Misalnya, Tuhan sebagai zat Yang Serba Maha (Maha Kuasa, Maha Pengasih dan Penyayang, Maha Mengetahui, Maha Suci, Maha Melihat, Maha Mendengar, Maha Pengampun, dan seterusnya), yang tidak bisa kita membayangkannya. Berbeda dengan contoh Pegasus, seekor kuda bersayap membentuk 'gagasan-gagasan kompleks'. Pikiran telah memotong-motong dan menyambung-nyambung kembali semua potongan itu. Masing-masing unsur sebelumnya telah ditangkap oleh indera dan memasuki panggung pikiran dalam bentuk sebuah 'kesan' yang nyata.

Idealisme/Kritisisme

 Immanuel Kant dianggap filsu yang membuat terobosan dan berbeda aliran pemikiran filsafat sebelumnya (dia dijuluki serupa bahkan melampaui Revolusi Copernican).  Dimulai dari a priori. A priori didefinsikan sebagai wujud yang bebas dari pengalaman, justeru karena pengalaman tidak pernah memberikan kita apapun yang bersifat universal dan niscaya (The a priori is defined as being independent of experience, precisely because experience never 'gives' us anything which is universal and necessary).

Kant pertama-tama bertanya: Apa fakta pengetahuan (quid facti)? Fakta pengetahuan adalah bahwa kita memiliki representasi a priori (yang memungkinkan kita untuk menilai) (Critique of Pure Reason, A100-101).

Terkadang mereka adalah 'presentasi' sederhana, seperti ruang dan waktu, bentuk a priori dari intuisi, intuisi yang juga merupakan a priori, dan berbeda dari presentasi empiris atau dari isi dari a posteriori (misalnya, warna merah). Kadang-kadang juga mereka, secara tegas, 'representasi': substansi, sebab, dan sebagainya. Konsep a priori yang berbeda dari konsep empiris (misalnya, konsep singa). Fakta bahwa ruang dan waktu adalah presentasi dari intuisi a priori adalah subjek dari apa yang disebut Kant sebagai 'eksposisi metafisik' ruang dan waktu.

Representasi tidak berasal dari pengalaman disebut 'representasi a priori'. Prinsip berdasarkan pengalaman harus tunduk pada representasi a priori disebut prinsip 'transendental'. 

Itulah sebabnya mengapa suatu eksposisi metafisik ruang dan waktu diikuti oleh eksposisi transendental, dan deduksi metafisik dari kategori-kategori oleh deduksi transendental. Sesuatu yan 'transendental' memenuhi syarat prinsip penundukan diperlukan dari apa yang diberikan dalam pengalaman bagi representasi a priori. Secara korelatif prinsip penerapan yang diperlukan dari representasi a priori untuk mengalami sesuatu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun