Tetapi, tarik ulur dengan bulan dan tahun sebelumnya yang memungkinkan juga terjadi penurunan utang.Â
Setiap langkah yang akan ditempuh oleh pemerintah akan menemukan resiko dan dampak apalagi di tengah resesi global, 2023. Ia ditandai makin terbentuk penumpukan beban ekonomi, sosial, dan sumber daya lainnya.Â
Kita mengetahui, jika penumpukan beban yang bernama utang negara menimbulkan efek tidak main-main.
Sesuatu yang terjadi dalam proses penumpukan biasanya memiliki efek samping. Kemiripan dan analogi terlibat dalam peristiwa disiplin ilmu pengetahuan, seperti dalam praktek diskursus ekonomi.
Kemiripan analogi berperan dalam penilaian atas beban utang negara tanpa mengabaikan perbedaan dalam wilayah pembentukan efek penumpukan beban yang ditimbulkannya.Â
Lebih dekat dari angka-angka yang diperhadapkan pada perbedaan penilaian atas kesahihan a priori ekonomi (stabil). Satu hal yang kita mencoba membangun beberapa arah kebijakan pemerintah.
Pada umumnya, pengambilan kebijakan diarahkan untuk menanggulangi dampak yang ditimbulkan dari peningkatan utang negara.Â
Pemanfaatan dan keberlanjutan secara efektif dan efisien dengan pertimbangan yang masuk akal. Dalam cara berpikir logis, perhitungan, dan pengukuran yang mengantisipasi terjadinya kebijakan kontroversial.
Kebijakan yang sama selalu berulang pada kasus pembentukan pokok dan bunga utang yang tidak diimbangi penerimaan yang besar bersumber dari pajak dan non pajak akan memiliki konsekuensi logis pula, ditandai dengan rapuhnya APBN.
Pada akhirnya beban utang negara yang menumpuk dan menumpuk akan menggiring prakondisi ketidakseimbangan ekonomi nasional. Didik J. Rachbini, Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef), mengatakan: "Kalau dulu dipicu oleh nilai tukar, maka sekarang dipicu oleh APBN yang sekarat dan krisis pandemi karena penanganan yang salah kaprah sejak awal.Â
Jadi, gabungan dari kedua faktor itu potensial memicu krisis ekonomi," tuturnya. Sejauh itukah dampaknya?