Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Di Balik Telinga yang Tuli

11 Januari 2023   18:15 Diperbarui: 1 Februari 2025   15:15 425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Data-data tentangnya bisa tersaji. Syahdan, secara genealogis, utang Indonesia dikenal dengan istilah 'ekonomi utang' muncul sejak zaman Orde Baru dan ternyata terwariskan hingga pasca reformasi.

Pada wilayah yang tidak jelas, dimana gambarnya diproyeksikan agar pemikiran modern bisa menerobos fantasi ekonomi utang yang ditopang oleh kalkulasi atau logika kuantitatif.

Namun demikian, akar-akar kemunculan beban utang itu menjadi alat pembenaran terhadap perkembangan kondisi kekinian. 

Terbuka kemungkinan terjadi perbandingan antara rezim yang lama dan rezim yang baru.

Malahan angka-angka utang dijadikan komodifikasi politik yang dipertontonkan. Kebijakan tidak populer dimainkan dalam permainan politik bertujuan untuk menyudutkan, meme, dan nyinyir. 

Di situlah terjalin dalam relasi antara nalar ekonomi utang dan komodifikasi politik  berlangsung di antara kebijakan yang ditempuh oleh pemerintah.

Persepsi menjadi rujukan tersendiri menyangkut perkembangan kinerja ekonomi nasional. Dalam perbedaan tidak terelakkan, pihak yang satu mempersepsikan rezim pasar melahirkan perubahan.

Pihak yang lain menilai rezim baru telah mematikan perubahan dan transformasi kehidupan bangsa dan negara di berbagai bidang pembangunan yang telah dirahi.

Demikian pula sebaliknya, semuanya bisa juga dievaluasi atau disoroti dengan kaca mata kenampakan yang berbeda. Dinamika atau dialektika pemerintahan tidak terlepas dari tarik-menarik antara kebijakan populer dan yang bukan. 

Sesungguhnya juga merupakan bagian dari beban tanggungjawab yang dipikul menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan utang.

Sekiranya diharapkan pola kebijakan betul-betul efektif untuk mengeluarkan kemelut atau lilitan utang. Oleh pemerintah yang sedang berjalan menggunakan untuk membiayai beban hidup masyarakat dari dampak pandemi corona, yang ditandai refocusing anggaran negara. Meskipun harus diakui bahwa pergerakan utang negara tidak menyusut dalam nominal, malahan berlipat ganda dan menumpuk terus-menerus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun