Suatu hal yang dianggap aneh, jika kita meletakkan energi libido terhadap tanggungjawab intelektual kolektif secara umum. Jejak yang dilacak selama ini (kebenaran, keadilan) dalam masa demokrasi sedang diuji ketahanannya dalam menghadapi proses pemulihan krisis (seperti strategi pembatasan oleh kuasa negara, miopi intelektual).
Sehingga mereka memiliki ketidakmampuan untuk merangsang dirinya untuk melihat yang mana "musuh bersama" (tirani diri terselubung atau ketidakadilan yang terorganisir). Ataukah mereka telah berhasil 'dibungkam' seribu bahasa?
Teks tertulis bukan hanya masih berada ‘di pinggiran’, tetapi juga merangsang diskursus. Suatu diskursu layaknya perpaduan hasrat, kesenangan, dan tulisan. Bukankah diskursus yang menciptakan realitas?
Tanda-tanda kehidupan seiring dengan aliran hasrat untuk menulis tentang benda-benda yang bernilai sebagai teks tertentu (dari nilai guna ke nilai tanda).
Karena itu, teks tertulis yang tidak jelas apa maknanya justeru untuk melipatgandakan kekuatan hasrat itu sendiri agar si pembaca tidak tergiring dalam kecanduan permainan kata.
Kini, buku melawan teks baru di balik kecerdasan artifisial. Teks akan muncul dari satu teks ke teks yang lain, dalam zaman yang berubah cepat.
Jadi, teks tertulis bukan satu-satunya teks. Bagaimana kalau pengarang buku dan teks yang lain disponsori oleh pihak yang berkepentingan? Bisa saja, buku “dipolitisir” sedemikian rupa.
Suatu pembebasan hasrat individu tidak terelakkan. Ini bukan kabar gembira gaes. Oke deh!
Memang betul, makin kencang pembebasan, maka hasrat bergelora repot dikekang. Sebagaimana misi pembebasan hasrat, maka pembebasan pengetahuan justeru menjadi titik tolak berkembang-biaknya pengetahuan dengan wawasan dan sudut pandang lebih teracak dan berbeda (apabila hal itu diperjuangkan secara sungguh-sungguh). Pembebasan kepercayaan dari takhyul saat tidak ada lagi pengetahuan hakiki, karena hasrat untuk berkuasa menjadi hasrat untuk pengetahuan begitu lambat datangnya.
Belum lagi kita melihat tentang sejauh mana relasi antara pengetahuan dan kepercayaan digiring dalam teks-teks menurut pikiran pengarang dan pikiran pembaca.
Hasil dari ilmu pengetahuan yang dipadatkan tidak lebih dari obyek-obyek yang memenuhi ‘rak buku perpustakaan’, ‘rumah’, dan laboratorium di tengah tuntutan perubahan di sekitar kita.