Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Ketika Sosok Pengarang Keluar dari Kungkungan Teks

2 Januari 2023   11:33 Diperbarui: 4 April 2024   15:52 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada pula logika pembebasan hasrat dari rezim kebenaran tunggal. Karena pada umumnya, rezim kebenaran yang tengah berjalan merupakan struktur kuasa dalam kehidupan. 

Berbeda dan melawan rezim kuasa negara, selera dan hasrat sebagai rezim tanda (kuasa). Tidak ada rezim lain (diskursus, kebenaran), kecuali rezim itu sendiri.

Secara organik, orang berbicara tanpa dilema menghadapi rezim diskursus. Secara institusional, Anda memiliki perangkat pendukung terhadap setiap pola pergerakan arus produksi hasrat individu.

Seseorang perlu memusnahkan dan menata ulang kepercayaan yang dimilikinya sebelum ia dikendalikan oleh mesin teori kritis lainnya (mazhab Frankfurt).

Jika pergerakan arus produksi hasrat pengarang akan mendobrak tabu, menolak larangan dan mereproduksi ide, mimpi, dan imajinasi yang dipadatkan melalui buku intelektual. 

Di situlah mereka menanam gerakan subversif sebagaimana teror atas pikiran di tengah kejumudan bahkan kelumpuhan daya kritis.

Bagaimana mungkin kepercayaan mereka dibangun, sedangkan sebagian orang direnggut menjadi korban dari buku 'terorisme'. Tetapi, korban dari buku 'terorisme' yang satu melawan ideologi (konsumerisme) yang lain. Ia bukan lagi sekadar semboyan.

Tidak ada jalan lain, kecuali hasrat dan mimpi individu menjadi sumber teror bagi pemikiran individual, wabah di saat tidak ada virus atau penyakit kelumpuhan akut (paralisis) pergerakan. 

Pada saat yang sama, individu membebaskan dirinya dari kungkungan teks institusi (negara) melalui sistem pendidikan, kurikulum dan regulasi lainnya yang membatasi ruang ekspresi dan pendapat. Seseorang tidak mengikuti, kecuali menciptakan arus, karena arus itulah non individu (wujud ideal). 

Pertama-tama datangnya arus dari pikiran, libido dari hasrat non manusia. Jika tidak, individu hanya sebagai pemama-biak istimewa yang nyaris di setiap panggung yang ada dimana-mana (praktik kemasyarakatan, diskursus politik, ekonomi, hukum, dan keagamaan).

Energi libido sebanyak arus yang ia lepaskan atau ledakkan keluar. Jika kita percaya, bahwa 'diskursus teoritis sebagai libido' dan 'libido sebagai arus'. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun