Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Diskursus Kemiskinan

13 Desember 2022   09:05 Diperbarui: 4 Maret 2024   16:11 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Meskipun institusi negara penyedia data secara resmi tidak mengeluarkan angka kemiskinan absolut dan kemiskinan menengah dilihat dari sisi pendapatan, analisis diskursus melebihi suatu definisi kemiskinan ditopang oleh ketidakhadiran dimensi konsumsi, pendidikan, kesehatan, dan akses infrastruktur dasar.

Rangkaian dimensi tersebut akan diganti dengan meruangnya struktur wilayah pembentukan kemiskinan yang menjangkau tatanan perkotaan dan perdesaan. Tetapi, dalam satu kesempatan terbatas ini, diskursus kemiskinan tidak melepaskan definisi dan indikator kemiskinan. Belum lagi berbicara  penggunaan analisis deskriptif, dimana wajah atau gambaran umum kemiskinan dalam jangka waktu tertentu menampilkan kecenderungan peningkatan atau penurunan angka kemiskinan.

Wilayah perkotaan dan perdesaan menerima diskursus kemiskinan yang berinteraksi dengan ketimpangan dan kemungkinan keterlibatan oligarki menampilkan data gambaran umum dimensi tersebut. Pergerakan teks tertulis atau kata-kata membentuk arus pemikiran lainnya yang berbeda dengan obyek pengetahuan sebelumnya setelah penanda yang membentuknya ditanggulangi oleh diskursus yang menyembunyikan angka atau matriks dibalik teks narasi kemiskinan.

Satu sisi, tidak sedikit pihak menilai, bahwa kompleksitas permasalahan kemiskinan tidak hanya dilihat dari angka. Pada sisi lain, satu pendekatan analisis kuantitatif mengenai kemiskinan perlu memiliki syarat ketersediaan data sebagai bagian dari tahapan awal pembentukan analisis diskursus yang dibiarkan berkembang ke dimensi dan jejak baru. A priori diskursus mendahului pengumpulan dan analisis data.

Suatu pertimbangan lain, dimana kerangka diskursus ilmu pengetahuan tidak dapat dihindari disaat kemunculan data berubah menjadi jejak-jejak perbedaan tingkat kemiskinan. Ketersediaan data dan analisis data itulah akan memasuki perbedaan tingkat kemiskinan. Di situlah peran diskursus kuasa disipliner dari ilmu pengetahuan yang memberi bentuk atau gambaran nyata kemiskinan sesudahnya. Berkat diskursus, gambaran kemiskinan bisa terkuak, sekalipun analisis data kuantitatif muncul sesudahnya menjadi obyek pengetahuan.

Setelah itu, pembentukan relasi kuasa disipliner ilmu pengetahuan yang mencoba menengahi antara bentuk-citra sebagai penanda dan konsep-isi sebagai petanda kemiskinan. Ada hal yang menarik pergerakan analisis akan menyesuaikan dengan satu jejak ke jejak lainnya melalui suatu perbedaan diskursus kemiskinan yang tidak terelakkan.

Perbedaan diskursus kemiskinan tersebut saling memengaruhi bentuk-bentuk ketimpangan, karena kemiskinan multidimensi dengan istilah menjurus pada hiperbolik sebagai “monster berkepala banyak,” yang dilihat oleh sebagai kemiskinan yang masih berada pada isu utama Indonesia.

Pembentukan dari satu relasi ke relasi lain meletakkan kuasa disipliner ilmu pengetahuan akan menuai permasalahan tentang ide dan pemikiran menjadi perbedaan diskursus kemiskinan. Setiap perbedaan diskursus kemiskinan ditandai perbedaan karakteristik penduduk miskin sesuai relasi antara kuasa dan pengetahuan.

Kelenyapan atas ketunggalan diskursus berubah menjadi perbedaan diskursus kemiskinan melalui jejak yang berasal dari penolakan terhadap penerima manfaat program penanggulangan kemiskinan akibat mereka tidak memenuhi definisi, ukuran atau indikator kemiskinan.

Dari titik ini, muncul perbedaan diskursus melalui ukuran, kriteria atau indikator kemiskinan akan saling menggeser dan saling menetralisir antara satu dengan yang lain. Ada kecenderungan yang muncul melalui penanda kemiskinan yang ditampilkan oleh definisi dan indikator, dimana data atau matriks yang mendukungnya semakin jelas dan pasti.

Perbedaan diskursus kemiskinan dicoba tidak mengapa. Ia dihubungkan dengan ketimpangan bersifat terbuka dan menyebar. Sehingga perbedaan diskursus tersrbut yang ditampilkan melalui kriteria, indikator, dan data dalam matriks kemiskinan memungkinkan terjadi penafsiran yang berbeda seiring dengan perkembangan kondisi rumah tangga miskin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun