Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Diskursus Kemiskinan

13 Desember 2022   09:05 Diperbarui: 4 Maret 2024   16:11 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cuma naik nol koma sekian persen. Tetapi, belum terdongkrak untuk menaiki anak tangga peringkat kemiskinan berikutnya. Angka kemiskinan disebut sekenanya saja.

Tidak banyak obrolan dengan pertanyaan seputar tema kemiskinan di daerah kami. Awak media itu mengucapkan terima kasih atas kesediaan mengobrol via ponsel.

Esok harinya, saya bertemu dengan kawan di ruang kerjanya. Saya mulai ngobrol seputar apa yang saya alami kemarin. 

Ternyata, awak media itu yang menanyakan kondisi kemiskinan di daerah kami, ternyata sudah merilis beritanya di hari ini.

Saking penasaran, saya coba membuka link situs media online itu. Langsung ke mbah google. Saya googling beritanya. 

Wow, dapat beritanya, berjudul kabupaten ini merupakan  daerah yang peringkat kemiskinannya tertinggi di provinsi anu.

Dalam konten berita media online didukung dengan angka, persis hasil wawancara awak media kemarin. Dia menyebut nama-nama pejabat yang diminta konfirmasi soal kondisi kemiskinan lengkap bersama angka-angkanya.

Bisa jadi, pemberitaan media soal kemiskinan membuat jajaran pimpinan daerah kami cukup tersentak. Jika bukan terusik dengan pemberitaan itu, maka diadakanlah pertemuan yang membahas perkembangan kondisi kemiskinan daerah.

Yang lucu, ada anggapan data kemiskinan tidak penting. Buktinya apa? Setiap permintaan data kemiskinan di perangkat daerah terkait acapkali tidak tersedia. Paling banter dua hingga tiga perangkat daerah yang terakses datanya. Sisanya, tiba masa tiba akal.

Orang juga tahu, diskursus kemiskinan memerlukan sudut pandang atau pendekatan multidisipliner. Pendekatan tersebut memerhatikan rujukan pada metode analisis kuantitatif dan kualitatif. Paling tidak, diantaranya ada persfektif sosiologi, psikologi, antropologi, kependudukan, politik, statistik, dan ekonomi.

Diskursus kemiskinan sekarang juga belum mampu melepaskan dari pendekatan individu dan keluarga, wilayah perkotaaan dan perdesaan menjadi suatu struktur logika dan bahasa, yang pada akhirnya memiliki keterkaitan dengan kerangka analisis diskursus kemiskinan dengan ketimpangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun