Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Tentang Kegilaan

7 Desember 2022   06:05 Diperbarui: 24 Februari 2023   19:46 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kegilaan (Sumber gambar: amazon.co.uk)

Cairan-cairan dari kegilaan tidak diadili melalui kelalaian total dari pikiran. Ada lagi yang disebut kelahiran daging filsuf dalam kegilaan mencairi semangat melalui tubuh.

Pesta kelahiran rasa sakit dalam sebuah ruang persalinan, tidak berkaitan dengan hal-hal yang membahayakan maupun mencerahkan, karena kita belum mampu memahami kelengahan.

Kita sebenarnya hidup dalam jarak nol besar dengan dunia luar melalui ‘despermatisasi birahi’. Menarik kembali cahaya dari lingkaran menuju lubang gelap; ego cogito bersiasat untuk memberi sejenak kemiripan melalui imajinasi, saat tubuh yang ditandai dengan mimpi muncul dalam kelengahan.

Kegilaan bersama penghancuran ‘kelahiran yang tidak berberkah’. Mengapa ada pikiran dan kegilaan? Selama ini, orang acapkali mempertentangkan antara pikiran dan kegilaan dalam pengetahuan. 

Pikiran adalah pembalikan dari kegilaan dan kegilaan juga adalah sisi pembalikan dari pikiran.

Pergerakan kegilaan memperkaya pemahaman yang belum tersentuh dengan kekuatan pikiran. Kita tidak akan membenturkan antara pikiran dan kegilaan, tatkala kegilaan menjadi tidak terpikirkan mengalami perkembangan alami. Pikiran merupakan nama lain dari kegilaan.

Kekuatan tubuh lebih ajaib, jika kegilaan sebagai kekuatan hidup (seperti gairah, dandanan, inovasi, teror, dan kejahatan). Kegilaan juga mengambil arah pembalikan pengetahuan. Pikiran dan kegilaan merepresentasikan sumbu, teladan dan nasehat bernilai bagi kehidupan.

Mendekatkan mesin abstrak dengan pikiran dan kegilaan seperti sebuah cermin yang bersih dikelilingi ruang terang, terpantul wajah diri kita, misalnya alokasi upah, laba, dan bunga. Pikiran dan kegilaan dalam rezim tanda bukanlah pemikiran dialektis selama konsep menjadi dan meniada dalam dunia dongeng.

Kita perlu menjadi apa adanya, hingga seseorang tidak menjilat tubuhnya sendiri. Kita juga masih perlu mengosongkan sintesa citra pikiran dari tipu muslihat stereotipikal; karena ia bukan pemangsa agung bagi kewarasan pikiran.

Setelah gairah meluapi permukaan tubuh, aliran uang muncul dalam patahan tanda kegilaan setelah membuahi sel-sel mode wujud yang dihubungkan dengan mode kehidupan. Momentum kegilaan tidak saling mendahului dengan pikiran. 

Lantas, sebagian bukanlah bahaya kegilaan, melainkan bagaimana memperoleh kegilaan baru setelah pikiran dikotori oleh dirinya sendiri diantara kehidupan yang menantang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun