Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Tanda dan Akhir dari Museum Sejarah Alam

3 November 2022   12:05 Diperbarui: 26 November 2022   07:19 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengikuti pengetahuan kita, tatkala terjadi rangkaian perubahan iklim, yang fantastis dan ironis menjadi jelas. Bahwa tatanan wujud mustahil serta-merta menetapkan seluruh perkembangkan alam berdasarkan evolusi yang ditandai oleh pergerakan layaknya garis lurus.

Perkembangan yang kompleks dan cepat dari satu spesies, yang mengambil-alih lingkungan hidup yang ditinggalkan oleh spesies lain. 

Ketika kompleksitas perkembangan alam paling murni menandai tumbuh-tumbuhan dan binatang yang memungkinkan untuk mempertahankan dirinya dari bentuk sederhana berubah ke variasi baru.

Sayangnya, titik perubahan iklim yang tajam mengiringi perkembangan alam yang luar biasa dalam evolusi tidak terjadi sesederhana yang kita bayangkan. 

Sangat memungkinkan penemuan dan penelitian tentang alam dan ragam spesies.

Sejumlah penjelasan, pengukuran atau penulisan tertuju pada tanda-tanda dan benda-benda, yang bisa dilihat melalui arsip online.

Kita tidak keliru untuk melihat konstitusi alam, yang dihubungkan dengan lingkungan hidup dipenuhi oleh iklim, cuaca, tanah, air, tumbuhan, dan binatang. Dilihat dari struktur dan karakter yang dialami, dimana ia berkembang sejalan eksperimen dalam jalinan pengetahuan. 

Pemenuhan eksperimen menurut apa yang diobservasi dapat menetapkan kekuatannya, tidak lain hanyalah apa yang ditinggalkan kehidupan di atas bumi. 

Seluruh observasi yang bebas dari beban jutaan spesies di planet kita, dari tumbuh-tumbuhan dan binatang ke fungisida dan bakteri. 

Seseorang perlu menambahkan bagian dari kekuatan ekosistem yang dihuni hutan, lautan, lingkungan hidup pegunungan, dan batu karang dalam satu rangkaian.

Lingkungan hidup ditopang dengan bobot kontinuitas alam yang merepresentasikan tumbuh-tumbuhan dan binatang, yang memuat nama, jenis, spesies, hakikat, atribut, dan kegunaannya.

Kondisi kehidupan diharapkan lebih banyak kita menyisakan untuk alam. Saatnya untuk alam diharapkan juga bukanlah semboyan belaka. Ketika ancaman perubahan iklim, pemanasan global atau polusi muncul menjadi perlu bagi penyelamatan alam. Tentu juga, penyelamatan alam akan menjadi syarat bebas dan aman dari lingkaran kematian dan kepunahan.

Alam atau lingkungan hidup bekerja lebih jelas sesuai apa yang ditunjukkan melalui jalinan mekanismenya, yang hanya dapat disaksikan jejak, bekas dan gambar, membuka suatu pemikiran betapa ia masih membutuhkan pelestarian dan kebijakan terus-menerus padanya. 

Ketidakhadiran bahasa lisan tentang benda-benda dan tanda-tanda telah memicu ketidakpastian makna dari tulisan tentang alam. Ia menggambarkan, diantaranya kisah penting tentang jutaan spesies tumbuh-tumbuhan dan binatang di atas bumi.

Sebagaimana penampilan sebuah Program Lingkungan Hidup Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEP), yang merumuskan gagasan mengenai lingkungan hidup. Saat ini, lebih sulit untuk digambarkan jika alam dalam krisis, dimana kita kehilangan spesies seribu kali, dibandingkan di masa sebelumnya. 

Tercatat dalam sejarah manusia dan sejuta spesies menghadapi kepunahan. Hal ini, menandakan alam atau lingkungan hidup mengalami peristiwa besar, yang lebih dekat penampakan pada benda-benda dan tanda-tandanya. 

Sebuah peristiwa besar yang bergerak dalam sintesis dialektis. Setelah terjadi pertumbuhan paling memukau dunia dari tumbuh-tumbuhan dan binatang, muncul pula dengan apa yang disebut pembalikan dramatis seluruh spesies ke arah titik kematian dan kepunahan yang tidak terelakkan.

Asal-usul alam atau lingkungan hidup tidak lebih dari wujud kontinuitas yang didalamnya tumbuh-tumbuhan, binatang dan spesies lainnya dapat beradaptasi melalui inti kekuatan jaringan ekosistem, yaitu biodiversitas (keanekaragaman hayati) yang dihubungkan dengan deskripsi pada obyek yang diamati dan dirasakan oleh seseorang. 

Lingkungan hidup yang mengarahkan dirinya pada biodiversitas tidak dibayangkan oleh seseorang akan ditanggulangi oleh orang lain, lantaran cepat puas dari mereka, meyakini satu kesatuan air, makanan, pakaian, pengobatan, bahan bakar, tempat bernaung, dan energi sebagai akibat dari jaringan ekosistem dan kesehatan yang manusia ingin capai.

Jauh setelah terjadi tema pembicaraan tentang alam dan biodiversitas, akhirnya yang muncul dari orang-orang adalah merelakan dirinya untuk mengamati krisis melanda bumi. A priori krisis iklim mendahului resesi ekonomi global. 

Kita melihat kembali kontinuitas alam akan dibayang-bayangi dengan diskontinuitas lingkungan hidup. Sejauh ini, kita juga tidak mengetahui apa-apa yang datang secara pelan-pelan menyelimuti spesies antara zaman hominid dan holografis, antara zaman jurasik dan sibernetika.

Kini, obyek dan ruang hidup yang dibebani oleh akuarium raksasa, planetarium, kebun flora dan fauna, dan kebun raya. Semuanya bukan hanya mengekspresikan keingintahuan, tetapi juga menggambarkan tanda baru yang mengancam bumi dan seluruh spesies dari kepunahan. Untuk menyusun kembali tatanan sedikit membutuhkan kata-kata sekaligus benda-benda. 

Kemudian, sarana pengamatan kita atas obyek, seperti orang-orang telah melihatnya dan suatu pembicaraan di forum dunia, yang jelas dan tajam diucapkan. Bahwa, masa depan bumi tidak bisa dilepaskan dengan kepedulian manusia terhadap alam.

Dikatakan dalam zaman yang telah maju membuat seluruh pengamatan atau penglihatan kita pada obyek tanpa eksperimen. 

Atas apa yang datang tiba-tiba dan terang-terangan tanpa tontonan  samar-samar tentang evolusi tumbuh-tumbuhan dan binatang. 

Sehingga seluruh beban dari panca indera sedikit demi sedikit mulai berkurang tanpa melalui ragam spesies; dalam tabel biasa, yang diganti dengan pengamatan dan penulisan benda-benda atau organisme. Bahkan, pengetahuan tentang alam pun tertuju padanya ditukar melalui citra virtual yang nyata.

Sebagian dari itu merupakan tanda penting bagi pertumbuhan yang intensif dari alam. Suatu kondisi lingkungan hidup telah diketahui berinteraksi dengan perkiraan tentang diskontinuitas permukaan bumi, diisi oleh jaringan atau fungsi ekosistem dari tumbuh-tumbuhan dan binatang. Karena itu, spesiesnya terancam dalam kepunahan.

Lebih tidak mustahil terjadi begitu adaptasi antara spesies tumbuh-tumbuhan dan binatang atas kondisi yang telah berubah. 

Bukan hanya spesies tumbuh-tumbuhan dan binatang mulai tergerus fungsinya terhadap kelangsungan alam atau lingkungan hidup sebagai akibat dari titik perubahan iklim yang tajam selama masa tertentu. Tetapi juga, bergesernya kesatuan organiknya dari suatu spesies ditandai dengan tidak munculnya pemolaan baru, yang hanya berputar-putar pada organ-organ mereka, seperti bentuk daun, bunga dan buah, kuku, cakar, dan kulit. 

Keajaiban bio-mesin di luar mekanisme alam, tanpa kontinuitas bunga, buah, dan binatang bersama sistem pencernaan atau pernafasan tidak berubah dan beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang baru.

Permukaan dari kesatuan organik yang tidak terlihat jaringannya ke titik kekuatan jaringan taksonomik pada tumbuh-tumbuhan dan binatang yang terlihat. 

Begitulah tarik menarik antara evolusionisme dan metamorfosis dibalik proses perubahan iklim yang tajam. Perubahan iklim mengakibatkan terbentuknya jurang dari kepunahan yang terjadi pada masa tertentu atau di masa kita sekarang. 

Betapa kekuatan jaringan taksonomik digunakan untuk melihat perkembangan spesies dari tumbuh-tumbuhan dan binatang secara jelas melalui pengetahuan dengan masa yang berbeda-beda. 

Benda-benda dan kemiripan nilai ilmiah menggambarkan perubahan lingkungan yang dramatis dari sekian juta tahun lalu atas sebuah spesies, yang menyerupai dirinya dengan primata modern.

Kerangka pengetahuan tentang spesies didandani dengan wujud botani dan zoologi. Sejak asal-usul alam terbentuk dengan jejak-jejak dan tanda-tanda melalui penulisan dan dokumentasi, maka spesies berbicara terhadap dirinya sendiri mengenai iklim, temperatur, dan tanah menuju pelestarian biodiversitas, sekalipun “tanpa manusia.” 

“Saatnya untuk alam.” Karena ‘alasan masa depan’, umat manusia dibebani oleh bentuk kepedulian terhadap spesies lain.

David Wallace-Wells (2022) mengingatkan, bahwa laju perubahan iklim begitu tajam tidak ditanggulangi secara cepat dan terpadu akan membuat “masa depan iklim nampak berubah kelam daripada hari ini.” Tetapi, lanjutnya, “masa depan iklim lebih bersinar daripada orang yang tidak mengharapkan terjadi peristiwa sebaliknya di masa yang telah berlalu.” Penampilan karbonisasi diubah menjadi dunia yang bergerak lebih cepat dengan dekarbonisasi alam nampak lebih sigap, dibandingkan hanya lamunan. (nytimes.com, 2022/10/26)

Pada satu titik, penampakan wujud menuju sebuah titik permulaan tentang pemikiran. 

Titik keseimbangan alam perlu diletakkan diluar diskursus tentang sustainabilitas sejagat. 

Paradoks dibalik pelestarian tertuju bukan pada lingkungan hidup atau biodiversitas hutan, laut, air tawar yang kemungkinan tidak terhindarkan. 

Hal-hal lain yang dianggap penting dalam pembentukan biodiversitas adalah keterlibatan nama, struktur, karakter, atau jenis pada tumbuh-tumbuhan dan binatang di alam sekitar.

Menjadi satu titik penandaan atas kenampakan benda-benda dengan jejak-jejak dan tanda-tanda yang menyertainya tanpa representasi adalah kehadiran sistem alam. 

Selain itu, wujud sub sistem berbalik arah dalam ketidakhadiran lingkungan hidup yang memadai. Suatu pemikiran mengenai biodiversitas sebagai model bagi sustainabilitas lingkungan hidup hanyalah sebagian dari keseluruhan sebuah sistem alam. 

Seluruh ancaman kerusakan dan kepunahan spesies di atas bumi yang memerosotkan lingkungan hidup atau biodiversitas akan memengaruhi sistem alam. Semakin parah kerusakan lingkungan hidup atau biodiversitas menjadi prasyarat dari peristiwa kehancuran alam.

Seperti telah diketahui, kelangsungan sistem alam dibangun oleh subsistem hutan, lautan, lingkungan pegunungan, dan spesies lain dalam satu kekuatan jaringan taksonomik atas anatomi dan organisme.

Dunia tidak perlu menyiapkan jumlah variabel baru selama jaringan taksonomik tumbuh-tumbuhan dan binatang sebagai jaringan atau fungsi spesiesnya masih menyembunyikan penampakan kesatuan organiknya. 

Organ-organ bagian dalam seperti sistem pencernaan, di balik bunga dan buah tidak kelihatan dari binatang mamalia, anggrek, dan sayur-sayuran tertentu.

Pembentukan lingkungan hidup yang didukung dengan jaringan biodiversitas, tidak hanya diperlukan ragam deskripsi, tetapi juga bagaimana menjelaskan sistem nama, gen, spesies, dan varietas berdasarkan sudut pandang perubahan iklim dan pemanasan global. 

Jika ada kontinuitas alam kembali memancarkan energi kehidupan, berarti lingkungan hidup atau biodiversitas perlu memperluas penampakan wujudnya melalui sistem alam.

Orang-orang tidak membagi begitu saja satu pengetahuan dari masing-masing spesies lebih mudah ditandai pada satu jejak karakter umum yang dimilikinya. 

Masih sekitar spesies berganti dari jenis sebelumnya ke beberapa keluarga yang mengungsi dari hutan, lautan atau pegunungan, yang telah dikelompokkan untuk mencegah krisis alam. 

Di abad keduapuluh satu, lebih dari 400 spesies baru yang tidak dikenal sebelumnya telah ditemukan oleh ilmuwan. (theguardian.com, 2019/12/30)

Dari satu pihak akan meyakinkan pada kita tentang pentingnya perlindungan hidup di planet kita secara simultan dihubungkan semua wujud umum dan partikuler yang termuat dalam spesies atau keluarga tumbuh-tumbuhan dan binatang. 

Mulai dengan makanan yang kita makan, udara yang kita hirup, air yang kita minum, dan iklim yang dimanfaatkan, membuat bumi kita dapat dihuni, yang semuanya datang dari alam. 

Kita telah mengetahui secara memadai, tetapi kita juga sering kelupaan untuk mengelola waktu kembali untuk planet dan manusia.

Begitu dekat dengan waktu untuk mengingat pada silogisme tentang setiap organisme berada dalam tanda kehidupan baru, ditandai kematian dan kepunahan. 

Titik kulminasi terayun dari ancaman yang tidak menggembirakan bagi setiap organisme di planet kita tanpa memandang gen atau spesies ke beberapa keluarga yang berbeda dan sama.

Sebagian orang masih menganggap ciri alami yang melekat dari spesies tumbuh-tumbuhan dan binatang secara perlahan-lahan terjadi peristiwa penampakan wujud yang datang belakangan tidak dalam kondisi atau habitat yang baru.

Setelah itu, ekosistem dan biodiversitas mampu mengenali ciri-cira kekeluargaannya secara alami melalui jalinan koordinasi antara spesies tumbuh-tumbuhan dan binatang hingga keluarga binatang bersel satu. Karena ciri yang dipenuhi secara alami pada permukaan wujud dari spesies tumbuh-tumbuhan atau binatang tidak mampu menarik benda-benda yang telah punah dari setiap spesies atau jenis yang sama sebagai akibat dari perubahan lingkungan hidup yang tajam.

Dalam penandaan yang lain, mereka akan datang di tempat yang ditinggalkan oleh spesies lama dan diambil-alih oleh wujud spesies lain dalam kondisi baru tanpa pernyataan. 

Karena itu, ritme alam betul-betul mengikuti titik koordinasi dan mekanisme sebelum wujud lain terbentuk. Siklus kehidupan nyata dari seluruh spesies di luar manusia berbeda dengan pemikiran tentang pengulangan yang berbeda atau sama.

Dalam hubungannya dengan sistem alam, ia menandai relasi antara tumbuh-tumbuhan dan binatang dengan pengelompokan biodiversitas hutan ditemukan oleh para ahli ternyata semuanya membutuhkan proses evolusi ribuan bahkan jutaan tahun lamanya. 

Dari sini, untuk mendukung kontinuitas alam, keanekaragaman hayati hutan sebagai bagian dari jalinan kekuatan yang hidup tidak mampu melepaskan dirinya dari kekuatan ekologis seperti iklim, kebakaran, gangguan, dan persaingan. 

Burung berburu buruan makanannya bisa saja di luar hutan, tidak berarti telah terjadi kerusakan hutan yang membatasi dirinya dengan masa berburu makanannya di siang atau malam hari. Meskipun keanekaragaman ekosistem hutan (fisik maupun biologis) menghasilkan adaptasi.

Selain hutan flora dan fauna lainnya, sudah tentu penandaannya memungkinkan ekosistem akan dihubungkan dengan kekuatan jaringan ekologis dan tidak bisa dilepaskan dari sistem alam diturunkan sebagian kekuatannya melalui biodiversitas. 

Keseimbangan alam dibatasi tanda-tanda perubahan lingkungan hidup yang tajam, sehingga terjadi akan pembalikan kontinuitas ke arah pertentangan dengan mereka.

Kontinuitas alam tidak selamanya terjalin pada titik koordinat sejauh ia didesakkan jaringan ekologinya pada biodiversitas, sekalipun mereka merupakan kesatuan sistem. 

Karena itu, semua bergerak pada garis dan permukaan masing-masing spesies. Kekuatan alam dengan mekanisme yang dimilikinya tidak dapat diremeh-temehkan, yang membuat ekosistem apalagi biodiversitas lebih kecil darinya nampak juga melebihi individu dalam ragam spesies.

Itulah sebabnya, salah satu yang rencana planet kita paling penting adalah model perjuangan biodiversitas. Memang, ada satu penggabungan kontinuitas setelah perhitungan cermat atas suatu penampakan wujud spesies. 

Tetapi, keberlangsungan bumi sekaligus tantangan lingkungan hidup yang kita hadapi sekarang. 

Tantangan lingkungan hidup atau biodiversitas bukanlah karena gen atau spesies saling membayangi dengan spesies dan kelompok lainnya. Justeru jalinan ekologis dan biodiversitas menjadikan tatanan dan spesies apa pentingnya kita saling berbicara dan saling bersentuhan penduduk bumi dengan sistem alam.

Sama halnya dengan satu pertanyaan tentang ritual perayaan lingkungan hidup. Untuk apa? 

Melindungi lingkungan hidup dari kematian atau dari kepunahan berarti pelindungan manusia sebagai spesies yang bisa melangsungkan kehidupannya tidak lebih hukum alam. 

Lebih jauh dari itu, kehadiran biodiversitas sebagai model atau instrumen bagi pemeliharaan lingkungan hidup tidak bergantung pada postulat tertentu.

Sebuah sistem alam atau lingkungan hidup yang didambakan dengan cara menggaungkan dan memperluas pelestarian melalui isu global. Selanjutnya, terdapat kesesuaian antara diskursus dan tindakan. Spesies dan tatanan tidak dapat dihubungkan dengan kontinuitas alam sejauh masa diskontinuitas lingkungan hidup dikosongkan oleh struktur dan karakter dirinya ditandai tumbuh-tumbuhan dan binatang melalui kekuatan jaringan ekologis pada pergeseran iklim yang dramatis.

Sebelum penemuan spesies baru, jutaan spesies menghadapi kepunahan akan memutar balik seluruh kontemplasi manusia yang panjang dan mubazir. 

Sementara, kepedulian secara langsung pada alam tanpa dibebani oleh perbedaan atau identitas dengan keanekaragaman spesies burung dan anggrek, dalam tumbuh-tumbuhan, kupu-kupu, ampibi, dan ikan air tawar. 

Kita tidak perlu berlama-lama lagi untuk berkomitmen melalui bibir atau mulut. Jutaan dan milayaran orang di atas bumi tidak membutuhkan lagi komat-kamit.

Perbedaan dan kontinuitas alam memiliki titik temu menurut gen, spesies, varietas, dan kelas dalam tumbuh-tumbuhan dan binatang. 

Perbedaan struktur dan karakter lebih sulit dihindari oleh pengamatan atas jejak-jejak kontinuitas alam yang merupakan prasyarat bagi peluang keberadaan ekosistem lautan, air tawar, hutan, pegunungan, dan batu karang dalam satu keseimbangan.

Lain halnya, lingkungan hidup bisa menjadi ekosistem. Alam menandakan dirinya dari penggabungan antara distribusi, perlindungan hutan, laut, dan semua spesies tumbuh-tumbuhan dan binatang.

Lucy Irigaray (2015), sosok feminis dan filsuf Perancis, kelahiran Belgia mengarah pada kemiripan model penggabungan dengan gagasan tentang pembagian ekologis, yang mulai dari pembagian alam organik dan non organik. Menurutnya, pembagian alam tersebut berguna untuk meruntuhkan klaim tradisional atas dominasi alam. Bentuk dominasi alam di dalam atau di luar. (thephilosophicalsalon.com, 2015/03/25)

Secara khusus, alam yang terbatas belum sampai pada pengelompokan wilayah hutan secara spesifik, yang meninggalkan ukuran pelestarian burung, gajah, kupu-kupu, jenis, dan spesies lain yang terancam mengalami kepunahan. 

Diselah-selah yang lain, hutan masih kaya dengan spesies sekaligus memberi kerawanan padanya. 

Ilmu pengetahuan menggambarkan pada kita mengenai habitat hutan banyak berada dalam wilayah temperatur memiliki nilai penandaan biodiversitas yang rendah, karena mereka didukung oleh beberapa spesies.

Sedangkan hutan tropis dan spesies yang mendukung kehidupan akan mengambil arah yang berbeda setelah mereka cenderung pada penyebaran geografis yang lebih besar antara tempat dan kondisi baru. 

Biodiversitas adalah sisi perbedaan yang dapat dilihat atau dialami melalui tatanan alam. Urutan klasifikasi bersama-sama yang menghubungkan dirinya dengan tumbuh-tumbuhan dan binatang yang berada dalam hutan tropis daratan rendah dalam wilayah atau tempat tertentu memiliki nilai penandaan biodiversitas yang memadai.

Meskipun demikian, kekuatan hutan yang kaya spesies akan berhadap-hadapan pada spesies lainnya yang terjalin dengan taksonomi besar, yang melebihi penyebaran besar dari biodiversitas yang tidak bergantung terhadap penyebaran spesies yang cukup rendah. 

Lingkungan pegunungan dengan batu, tanah, pohon pinus, binatang berkaki empat, reptil, burung, dan serangga tersimpan antara tumbuh-tumbuhan dan binatang, yang mampu berdaptasi di tengah iklim atau cuaca yang tajam dan tidak bersahabat.

Setiap orang akan percaya biodiversitas hanyalah variasi spesies darat, air tawar, dan laut di bumi, serta habitatnya. 

Biodiversitas sangat penting bagi kelangsungan hidup, dimana tanda dan jejak kehidupan di bumi juga merupakan salah satu prasyarat bagi kelangsungan barang dan jasa lingkungan yang memungkinkan masyarakat manusia untuk berkembang. 

Kita juga mengetahui melalui tatanan wujud, bahwa sesuatu yang terjalin dengan alam secara lestari yang memberi kita makanan, sumber daya air, dan pelayanan, seperti kontrol iklim, penyerbukan, mitigasi bencana banjir, dan siklus nutrisi.

Paling mengagumkan melalui pengetahuan, bahwa ekosistem hanya mengandalkan semua bagian dari bakteri terkecil hingga vertebrata terbesar. 

Semuanya saling terhubung dalam jalinan yang harmonis. Beberapa menghasilkan oksigen, yang lainnya bernapas. Beberapa menyediakan makanan untuk ‘spesies yang lebih besar’, yang pada gilirannya ‘menjadi mangsa spesies’ yang lebih besar. 

Setiap organisme memiliki peran untuk ‘dimainkan’ dalam menjaga keseimbangan. Sistem alam akan menunjukkan kontinuitasnya dari penggabungan ekosistem, biodiversitas atau lingkungan dan jaringan ekologis yang tetap dapat dialami dan diingat tanda-tandanya.

Setiap spesies yang hilang akan muncul kelahiran lebih dari satu spesies dengan menghapus satu elemen. Pemikiran tentang spesies dibalik jejak dan tanda ancaman kepunahan dan harapan akan keberlangsungan biodiversitas lebih tertuju pada kehidupan alam. 

Dalam ilmu pengetahuan modern, biodiversitas telah menunjukkan pada kita belum mengalami pertambahan jenis. Kita mengenal, bahwa ilmu pengetahuan membagi biodiversitas dalam tiga jenis utama. Pertama, biodiversitas spesies berdasarkan genetika. Kedua, biodiversitas spesies berdasarkan hewan. Ketiga, biodiversitas habitat berdasarkan ekosistem. Bayangan ancaman kepunahan dan harapan akhirnya tidak lagi membingungkan diri kita sendiri jika dihubungkan dengan setiap rangkaian ‘pergerakan dari diskontinuitas lingkungan hidup ke arah kontinuitas alam’.

Hal yang menarik dari rekaman pengetahuan tentang puluhan ribu spesies tumbuh-tumbuhan berguna bagi kesehatan manusia. 

Kata lain, peran pengetahuan medis dapat berkembang ditandai dengan banyaknya ditemukan kegunaan spesies tumbuh-tumbuhan dalam ekosistem hutan.

Marilah kita menyaksikan diri kita sendiri sebagai warga planet telah menyelenggarakan kegiatan pembersihan lingkungan, aksi melawan kejahatan satwa liar, menanam kembali hutan atau menyelamatkan pohon. Semuanya itu menunjukkan faktor-faktor utama yang memengaruhi lingkungan kita, masa depan manusia dan seluruh spesies lainnya.

Apalah gunanya sistem alam jika hanya bekerja tanpa henti diselimuti dengan polusi udara, populasi berlebihan, deforestasi, perubahan iklim, dan pemanasan global. 

Kita mungkin belum pernah mengetahui berapa banyak hasil laporan dari institusi dunia terkait sistem alam, yang menggambarkan  kecenderungan negatif di balik biodiversitas dan ekosistem diproyeksikan akan rusak. 

Kebijakan, strategi, dan instrumen lain demi kelangsungan alam diharapkan tidak hanya di atas kertas.

Sudah tentu, tema-tema ‘milenial’ dan ‘berkelanjutan’ menghadapi tantangan (aura Bumi seakan-akan redup akibat diselingi dengan kekerasan dan ketidakhadiran konsep batasan antara perubahan dan metamorfosis). 

Akhirnya, pembentukan tema-tema ‘milenial’ dan ‘keberlanjutan’ berubah menjadi mesin ganda, yaitu ‘mesin ancaman kepunahan’ dan ‘mesin harapan’. 

Karena begitu kompleks, maka mesin milenial dan mesin berkelanjutan dimungkinkan terjalin kelindang dengan permasalahan kemiskinan, kelaparan, kesehatan, konsumsi, produksi, air, kota-desa, iklim, lautan, dan tanah, politik, hukum, pertahanan, dan keamanan di Eropa, Amerika Utara, Amerika Selatan, Asia, dan Afrika. Mengapa spesies Manusia?

Charles Darwin hanya tertawa pada dirinya sendiri, karena spesies kera mampu beradaptasi di dalam dan di luar hutan, dimana spesies yang ‘ditemukan’, akhirnya ikut tertawa menyerupai ‘penemunya’. Gaya dan tujuan yang ditertawainya sama sekali tanpa karikatur atau tiruan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun