Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Tanda dan Akhir dari Museum Sejarah Alam

3 November 2022   12:05 Diperbarui: 26 November 2022   07:19 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Marilah kita menyaksikan diri kita sendiri sebagai warga planet telah menyelenggarakan kegiatan pembersihan lingkungan, aksi melawan kejahatan satwa liar, menanam kembali hutan atau menyelamatkan pohon. Semuanya itu menunjukkan faktor-faktor utama yang memengaruhi lingkungan kita, masa depan manusia dan seluruh spesies lainnya.

Apalah gunanya sistem alam jika hanya bekerja tanpa henti diselimuti dengan polusi udara, populasi berlebihan, deforestasi, perubahan iklim, dan pemanasan global. 

Kita mungkin belum pernah mengetahui berapa banyak hasil laporan dari institusi dunia terkait sistem alam, yang menggambarkan  kecenderungan negatif di balik biodiversitas dan ekosistem diproyeksikan akan rusak. 

Kebijakan, strategi, dan instrumen lain demi kelangsungan alam diharapkan tidak hanya di atas kertas.

Sudah tentu, tema-tema ‘milenial’ dan ‘berkelanjutan’ menghadapi tantangan (aura Bumi seakan-akan redup akibat diselingi dengan kekerasan dan ketidakhadiran konsep batasan antara perubahan dan metamorfosis). 

Akhirnya, pembentukan tema-tema ‘milenial’ dan ‘keberlanjutan’ berubah menjadi mesin ganda, yaitu ‘mesin ancaman kepunahan’ dan ‘mesin harapan’. 

Karena begitu kompleks, maka mesin milenial dan mesin berkelanjutan dimungkinkan terjalin kelindang dengan permasalahan kemiskinan, kelaparan, kesehatan, konsumsi, produksi, air, kota-desa, iklim, lautan, dan tanah, politik, hukum, pertahanan, dan keamanan di Eropa, Amerika Utara, Amerika Selatan, Asia, dan Afrika. Mengapa spesies Manusia?

Charles Darwin hanya tertawa pada dirinya sendiri, karena spesies kera mampu beradaptasi di dalam dan di luar hutan, dimana spesies yang ‘ditemukan’, akhirnya ikut tertawa menyerupai ‘penemunya’. Gaya dan tujuan yang ditertawainya sama sekali tanpa karikatur atau tiruan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun