Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Tanda dan Akhir dari Museum Sejarah Alam

3 November 2022   12:05 Diperbarui: 26 November 2022   07:19 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kondisi kehidupan diharapkan lebih banyak kita menyisakan untuk alam. Saatnya untuk alam diharapkan juga bukanlah semboyan belaka. Ketika ancaman perubahan iklim, pemanasan global atau polusi muncul menjadi perlu bagi penyelamatan alam. Tentu juga, penyelamatan alam akan menjadi syarat bebas dan aman dari lingkaran kematian dan kepunahan.

Alam atau lingkungan hidup bekerja lebih jelas sesuai apa yang ditunjukkan melalui jalinan mekanismenya, yang hanya dapat disaksikan jejak, bekas dan gambar, membuka suatu pemikiran betapa ia masih membutuhkan pelestarian dan kebijakan terus-menerus padanya. 

Ketidakhadiran bahasa lisan tentang benda-benda dan tanda-tanda telah memicu ketidakpastian makna dari tulisan tentang alam. Ia menggambarkan, diantaranya kisah penting tentang jutaan spesies tumbuh-tumbuhan dan binatang di atas bumi.

Sebagaimana penampilan sebuah Program Lingkungan Hidup Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEP), yang merumuskan gagasan mengenai lingkungan hidup. Saat ini, lebih sulit untuk digambarkan jika alam dalam krisis, dimana kita kehilangan spesies seribu kali, dibandingkan di masa sebelumnya. 

Tercatat dalam sejarah manusia dan sejuta spesies menghadapi kepunahan. Hal ini, menandakan alam atau lingkungan hidup mengalami peristiwa besar, yang lebih dekat penampakan pada benda-benda dan tanda-tandanya. 

Sebuah peristiwa besar yang bergerak dalam sintesis dialektis. Setelah terjadi pertumbuhan paling memukau dunia dari tumbuh-tumbuhan dan binatang, muncul pula dengan apa yang disebut pembalikan dramatis seluruh spesies ke arah titik kematian dan kepunahan yang tidak terelakkan.

Asal-usul alam atau lingkungan hidup tidak lebih dari wujud kontinuitas yang didalamnya tumbuh-tumbuhan, binatang dan spesies lainnya dapat beradaptasi melalui inti kekuatan jaringan ekosistem, yaitu biodiversitas (keanekaragaman hayati) yang dihubungkan dengan deskripsi pada obyek yang diamati dan dirasakan oleh seseorang. 

Lingkungan hidup yang mengarahkan dirinya pada biodiversitas tidak dibayangkan oleh seseorang akan ditanggulangi oleh orang lain, lantaran cepat puas dari mereka, meyakini satu kesatuan air, makanan, pakaian, pengobatan, bahan bakar, tempat bernaung, dan energi sebagai akibat dari jaringan ekosistem dan kesehatan yang manusia ingin capai.

Jauh setelah terjadi tema pembicaraan tentang alam dan biodiversitas, akhirnya yang muncul dari orang-orang adalah merelakan dirinya untuk mengamati krisis melanda bumi. A priori krisis iklim mendahului resesi ekonomi global. 

Kita melihat kembali kontinuitas alam akan dibayang-bayangi dengan diskontinuitas lingkungan hidup. Sejauh ini, kita juga tidak mengetahui apa-apa yang datang secara pelan-pelan menyelimuti spesies antara zaman hominid dan holografis, antara zaman jurasik dan sibernetika.

Kini, obyek dan ruang hidup yang dibebani oleh akuarium raksasa, planetarium, kebun flora dan fauna, dan kebun raya. Semuanya bukan hanya mengekspresikan keingintahuan, tetapi juga menggambarkan tanda baru yang mengancam bumi dan seluruh spesies dari kepunahan. Untuk menyusun kembali tatanan sedikit membutuhkan kata-kata sekaligus benda-benda. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun