Awalnya tidak percaya pada Tuhan, tetapi Lang membawa dirinya atau seakan-akan diarahkan oleh suara-tertulis yang "Tidak Diketahui" dari mana datangnya. Dia mencoba untuk menghayati makna di balik teks agama. Sosok ateis dalam dirinya menghilang dalam ketidaksadaran teks Al-Quran.
Pengalaman batin Lang seiring dengan sejarah penafsiran atas teks Al-Quran setelah corak pemikiran teologis dan pemikiran filosofis terbangun. Sehingga, setiap pembacaan atas teks Al-Quran secara hidup dan tulus akan menyentuh batin atau menggugah jiwa manusia.
Jika tersentuh batin dan tergugah jiwa sang profesor ateis, maka tidak pernah ada lagi ruang kosong, terbebas dari kegelisahan. Kilatan cahaya menembus batinnya membuat jendela rumah nampak memancarkan cahaya terang, seterang jiwa dan nalarnya.
Suasana hening sirna bersama kebangkitan jiwa dan nalar dari ketegangan, yang awalnya menggelapkan ruang batinnya. Dia akan kembali seperti kelahiran eksistensi yang baru seiring penemuan wujud Tuhan.
Pada suatu kesempatan dia tidak merasakan duduk sendirian. Dia memandang titik-titik dan garis-garis yang terhampar di ujung cakrawala, di bawah kaki langit seperti dia membaca huruf demi huruf, teks demi teks Al-Quran.
Perlahan-lahan ingatannya melayang saat sepuluh tahun bergelimang dengan dunia ateis. Hambar, hampa, ambigu, dan nihil dalam kebendaan. Tumit dan telapak kaki tegak berdiri menghadap ke jendela, titik dimana terpaan cahaya yang menyinari, menembus relung-relung jiwanya melalui yang jendela baru kehidupan.
Manusia meniru Tuhan sebelum sang penggali kubur mengabarkan, bahwa ada agama yang dicintai oleh sang profesor secara intelektual. Dia melebihi sang kreator dan produser.
Jika masih sosok ateis, Jeffrey Lang akan menjawab bahwa penulis buku tentang ateisme adalah manusia. Sebaliknya, jika ada pertanyaan, siapa penulis dari teks Al-Quran? Maka jawabannya tidak jauh dari air mata menetes di pipinya. “Penulis” atas penulis. Dia sadar bahwa yang menulis teks Al-Quran adalah Penulis yang bukan manusia. “Maaf, Aku menyintai-Mu.”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H