Pemenuhan hasrat seksual yang tersosialkan secara alami dan sah tanpa kekerasan dan eksploitasi dalam kaitannya dengan kehidupan melampaui ‘mekanisme’ dan ‘superioritas’ dari kelamin, tanpa kelamin non-manusia. Tidak pas lihatnya, tidak tepat kelamin boneka!
Pada saat kritisisme begitu polos beriringan dengan kespontanan muncul dari kelamin kaum perempuan, maka di situlah terdapat kekuatan yang tidak lazim ditandai oleh ketelitiannya untuk melihat celah ujaran dan gambar yang dimanipulasi sedemikian rupa sebelum merebak ke mana-mana.
Kelahiran kritisisme berupa aksi protes menandakan kelamin kaum emak-emak paling jelas dan tegas saat organ seksnya terhina. Kelamin kaum laki-laki tidak lebih perkasa dari kelamin kaum emak-emak.
Lebih penting lagi, kritisisme terhadap penyaluran fantasi berahi sebagai seni yang terpendam melalui medium tertentu.Â
Tetapi, ia bukanlah hasil kontemplasi atas peristiwa tentang diskriminasi dalam kehidupan sosial dan intelektual.Â
Semata-mata seni erotis yang terlampiaskan dari individu tidak lebih dari penyaluran fantasi berahi liar dan dangkal.
Kekuatan penampilan wujud seksual menerobos permukaan tubuh, sejenis kelamin yang hidup dan bergerak melalui dunia nyata dan tiruan kita sebut organ tanpa vital.Â
Untuk menambah ritme kehidupan, wujud seksual melibatkan fantasi dan imajinasi, tetapi tidak bisa terefleksikan melalui kelamin.
Kita tidak bisa bayangkan, kelamin yang gemar menumpahkan kekalutan pikirannya melalui gambar video seronok yang menciptakan fantasi berahi.Â
Di tempat lain, kaum perempuan perlu menyalurkan kesenangan membaca buku, menulis, menelaah, dan membagi pengalaman tentang dunia yang mereka impikan akan menjadi kenyataan.
Bebas dari kebebasan yang membawa ilusi itulah titik tolak perjuangannya.Â