Mohon tunggu...
Erlina Widjaja
Erlina Widjaja Mohon Tunggu... Guru - Kepala PKBM SOLUSI MANDIRI SENTOSA

Saya seorang Kepala Satuan Pendidikan Non Formal di Jakarta Barat. Hobi saya membaca, menulis, belajar dan mengajar, serta suka menjadi penolong bagi sesama dalam kesulitan dan permasalahan hidupnya. Rindu ikut serta memajukan pendidikan di Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Memahami Kaidah Pantun Demi Terarah Berpantun

24 Juli 2023   23:48 Diperbarui: 25 Juli 2023   00:19 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Flyer pertemuan ke 13 KBMN PGRI 29 Kaidah Pantun/Dokpri

Pertemuan ke 13 ini membahas tentang 'Kaidah Pantun', maka warna warni pantun bermunculan sahut menyahut di pertemuan ini. Moderator juga membuka pertemuan dengan memohon izin menyampaikan pantunnya :

Pergi ke pasar membeli delima

Pulangnya mampir ke toko zaitun

Marilah kita sambut bersama-sama

Mas Miftah narasumber Kaidah Pantun

Balasan dari Pak Miftah, nara sumber pada pertemuan ke 13  untuk Pantun Ibu Gina

Biji selasih di pohon angsana,

Pokok Bidara berbuah kuini,

Terimakasih kepada Bu Gina,

Membuka acara malam ini.

Mawar sekuntum kecillah dahan,

Daun salam tumbuh di kota,

Assalamualaikum saya ucapkan,

Sebagai salam pembuka kata.

Terdengar asyik sekali sahut menyahut dengan pantun. Pertanyaan dibenak adalah Kok bisa semudah dan secepat itu menyusun pantun dan menyahutnya ? Makin terheran ketika narasumber memperkenalkan diri. Heran, masih juga bisa dengan lancar mengucapkan pantunnya. Benar-benar seorang pakar dalam berpantun. Begitu fasih bak aliran air yang mengalir tanpa hambatan.

Demikian pantun perkenalan dari narasumber :

Banjir kanal jembatan patah,

Jatuh ke semak di pinggir kali,

Salam kenal saya mas Miftah,

Dari Demak berjuluk kota wali.

Ternyata Narasumber adalah jebolan KBMN PGRI Gelombang 17

Berkat dukungan dari bunda Kanjeng, dan percikan semangat dari teh Aam, narasumber akhirnya menemukan potensi menulis di bidang pantun.

Sebenarnya darimanakah asal Pantun ?? 

Ternyata pantun tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Hanya saja dikenal dengan nama yang berbeda-beda

Di Tapanuli, pantun dikenal dengan nama ende-ende. Itu menurut Suseno (2006) 

Contoh:

Molo mandurung ho dipabu,

Tampul si mardulang-dulang,

Molo malungun ho diahu,

Tatap siru mondang bulan.

Memiliki arti:

Jika tuan mencari paku,

Petiklah daun sidulang-dulang,

Jika tuan rindukan daku,

Pandanglah sang bulan purnama.

Sedangkan di Sunda, pantun dikenal dengan nama paparikan.

Contoh:

Sing getol nginam jajamu,

Ambeh jadi kuat urat,

Sing getol naengan elmu,

Gunana dunya akhirat.

Artinya:

Rajinlah minum jamu,

Agar kuatlah urat,

Rajinlah menuntut ilmu,

Berguna bagi dunia akhirat.

Pada masyarakat Jawa, pantun dikenal dengan sebutan parikan.

Contoh:

Kabeh-kabeh gelung konde,

Kang endi kang gelung Jawa,

Kabeh-kabeh ana kang duwe,

Kang endi sing durung ana.

Artinya:

Semua bergelung konde,

Manakah yang gelung Jawa,

Semua telah ada yang punya,

Mana yang belum dipunya.

Pada tahun 2014 secara nasional pantun telah ditetapkan sebagai warisan budaya. Berikutnya pada tanggal 17 Desember 2020 pantun ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda oleh UNESCO pada sesi ke 15 intergovernmental comittee for the safeguarding of the intangible cultural heritage.

Adanya penetapan tersebut, berarti generasi sekarang dan akan datang wajib untuk terus memelihara sebagai warisan budaya tak benda dunia, pantun harus terus dikaji, ditulis sehingga terus lestari di masyarakat.

Mempelajari dan melestarikan dengan melatih peserta didik berpantun, membuat pantun, menulis buku kumpulan pantun adalah cara-cara untuk melestarikan pantun.

Pantun seringkali kita dengar saat pidato atau sambutan. Namun yang membuat khawatir adalah pantun digunakan untuk mengolok-olok, ujaran kebencian seperti yang sering kita saksikan di acara televisi.

Sebab itu perlu untuk memahami definisi mengenai pantun.

Menurut Renward Branstetter (Suseno, 2006; Setyadiharja, 2018; Setyadiharja, 2020) berasal dari kata "Pan" yang merujuk pada sifat sopan. Dan kata "Tun" yang merujuk pada sifat santun. Kata "Tun" dapat diartikan juga sebagai pepatah dan peribahasa (Hussain, 2019)

Pantun berasal dari akar kata "TUN" yang bermakna "baris" atau "deret". Asal kata Pantun dalam masyarakat Melayu-Minangkabau diartikan sebagai "Panutun", oleh masyarakat Riau disebut dengan "Tunjuk Ajar" yang berkaitan dengan etika (Mu'jizah, 2019)

Pantun termasuk puisi lama yang terdiri dari empat baris atau rangkap, dua baris pertama disebut dengan pembayang atau sampiran, dan dua baris kedua disebut dengan maksud atau isi (Yunos, 1966; Bakar 2020)

Selain untuk komunikasi sehari-hari, pantun juga dapat digunakan dalam sambutan pidato, menyatakan perasaan, lirik lagu, perkenalan maupun berceramah.

Untuk mengembalikan Marwahnya, pantun memiliki fungsi antara lain sebagai alat pemelihara bahasa, pantun berperan sebagai penjaga fungsi kata dan kemampuan menjaga alur berfikir.

Pantun juga melatih seseorang berfikir tentang makna kata sebelum berujar.

Pantun menunjukkan kecepatan seseorang dalam berfikir dan bermain-main dengan kata.

Namun demikian, secara umum peran sosial pantun adalah sebagai alat penguat penyampaian pesan.

Dengan demikian tidak sepantasnya bila menggunakan pantun sebagai alat mengolok-olok.

Jadi, apa saja ciri-ciri pantun yang perlu dipahami ?

* Satu bait terdiri atas empat baris

* Satu baris terdiri atas empat sampai lima kata

* Satu baris terdiri atas delapan sampai dua belas suku kata

* Bersajak a-b-a-b

* Baris pertama dan kedua disebut sampiran atau pembayang

*Baris ketiga dan keempat disebut isi atau maksud

Ciri-ciri ini tidak bisa ditawar. Wajib hukumnya !

Awalnya saya berpikir bahwa berpantun ini cukup mudah, karena beberapa kali mendengar pemandu acara dengan gampangnya merangkai kata, padahal ada ciri khusus untuk pantun, dan tidak semudah yang dibayangkan. Ada ilmu hitung nya juga..

Tapi tunggu dulu ..ada yang namanya Syair dan juga Gurindam yang terlihatnya mirip-mirip dengan pantun?

Apa perbedaan antara Pantun, Syair, dan Gurindam ?

Ciri Pantun :

  • Ada empat baris.
  • Baris pertama ada 11 suku kata.
  • Baris kedua ada 11 suku kata.
  • Baris ketiga ada 12 suku kata.
  • Baris keempat ada 12 suku kata.
  • Baris pertama dan kedua (sampiran) tidak berhubungan dengan baris ketiga dan keempat (isi)
  • Sajak A-B-A-B

Sedangkan Syair?

Contohnya seperti berikut:

Ke sekolah janganlah malas,

Belajar rajin di dalam kelas,

Jaga sikap janganlah culas,

Agar hati tak jadi keras.

Jadi Ciri Syair adalah

Terdiri dari empat baris.

Persajakannya A-A-A-A (lihat bunyi akhirnya, memiliki bunyi yang sama "as")

Baris pertama, kedua, ketiga dan keempat isinya saling berhubungan.

Berbeda pula dengan Gurindam. Perhatikan contoh gurindam berikut ini:


Jika selalu berdoa berdzikir,

Ringan melangkah jernih berpikir.

Ciri Gurindam terdiri atas:

  • Dua baris saja
  • Memiliki hubungan sebab akibat.
  • Bersajak A-A

Contoh lain gurindam:

Jika rajin zakat sedekah,

Allah akan tambahkan berkah.

Nah, tiba pada penjelasan yang ditunggu-tunggu terkait tips cara mudah membuat pantun dengan cepat?

  • pahami terlebih dahulu ciri-ciri pantun.
  • kuasai perbendaharaan kata.

Contoh:

  • Tahu, bahu, perahu, suhu.
  • Baik, naik, Daik, asyik.
  • Cinta, pelita, kata, jelita, kota.
  • Datang, petang, batang, kentang.
  • Suka, cempaka, cuka, Malaka.

Perbendaharaan kata bermanfaat agar Rima bisa sama.

Karena sejatinya pantun menonjolkan keindahan kata.

Bisa berselancar dan mencari di kuncitts.com bila mengalami kebuntuan, atau tidak memiliki pembendaharaan kata dengan bunyi yang sama.

Usahakan dalam memilih kata untuk Rima, jangan hanya satu huruf akhir yang sama bunyinya. Minimal dua atau tiga huruf.

  • Tulislah baris ketiga dan keempat terlebih dahulu.

Diingatkan juga dalam pertemuan ini agar menghindari penggunaan nama merk dagang, nama orang dalam membuat pantun.

Suasana yang berbeda terjadi pada pertemuan ini, karena peserta ditantang untuk langsung berpraktek membuat pantun kemudian diajak untuk mencermatinya bersama. Untuk melihat apakah ada yang perlu dibenahi dari pantun yang dibuat tersebut.

Tantanganpun dimulai. Ternyata saat mempraktikkannya tidaklah semudah yang dibayangkan, apalagi bagi pemula seperti saya.

Akhirnya ada seorang peserta yang berani mengirim jawaban tantangan tersebut.

Demikian bunyi pantun yang dibuat olehnya :

kain sutra berjejer dengan katun

akar keladi di dalam tanah

apa tanda insan yang santun

akal diisi ilmu berguna

Peserta diminta untuk ikut serta mencermati. Apakah latihan pantun dari salah satu peserta tersebut sudah sesuai dengan ciri-ciri pantun??

Dari hasil koreksi, maka syarat demi syarat sudah dipenuhi

Pantun ini sudah terdiri dari empat baris

Baris pertama terdiri 11 suku kata

Baris kedua sudah terdiri 10 suku kata

Baris ketiga terdiri 9 suku kata

Baris keempat juga sudah terdiri 10 suku kata

Syarat-syarat yang lain sudah sesuai, sayangnya rima akhir di baris kedua dan keempat saja yang belum sama. Baris ke dua tertulis Tanah dan baris ke empat Berguna. Akhir katanya 'Ah dan na'

Bu Gina, moderator membantu untuk mencarikan kata yang sama bunyinya. Memang beda antara yang sudah sering berlatih dengan yang pemula seperti kami-kami. Berikut pembenahan yang secepat kilat dari Ibu Gina:

Kain sutra bersanding katun,

Kain dijahit menjadi celana,

Apa tanda insan yang santun,

Akal diisi ilmu berguna.

Dilanjutkan dengan menganalisa pantun kiriman peserta yang lain:

Menterine Nadiem Makarim

Duwe Slogan Merdeka Belajar

Nek Guru Jaman saiki

Diminta Bebas Mengajar

Kasus yang serupa dengan kiriman pantun yang pertama tadi.  Kali ini rima di baris pertama dan ke tiganya yang tidak sama. 

Sesi lanjutnya adalah sesi tanya jawabi. Berikut adalah lampiran berupa jawaban dari berbagai pertanyaan peserta pertemuan:

1. Apakah jumlah kata dalam pantun, baik sampiran dan isi harus sama? atau yang terpenting akhirannya sama?

Jawaban : Silakan cermati kembali ciri-ciri pantun. Alangkah lebih baiknya jika dalam pantun memakai empat atau lima kata. Mengapa demikian? Karena terkait jumlah suku kata yang akan dihasilkan.

2. Mohon pengalaman Bapak dalam mengajarkan atau mengenalkan pantun untuk didiknya.

Jawaban: Pengalaman mengajarkan pantun untuk anak didik. Sebelum mengenalkan pantun, saya perbanyak perbendaharaan kata. Misal setiap jam istirahat atau pulang sekolah, saya memberi tebakan. Carilah kata yang memiliki bunyi sama. Jika perbendaharaan kata murid sudah lumayan banyak, baru kita kenalkan pantun.

3. Apakah penulisan pantun itu harus selalu bersajak a-b- a-b

Bagaimanakah sebenarnya kaidah dalam berpantun??

Jawaban : Untuk kaidah pantun memang harus bersajak A-B-A-B.

Bisa saja pantun bersajak A-A-A-A, namun itu akan mengurangi keindahan pantun itu sendiri.

4. Apakah rima itu harus menyamakan kata belakangnya saja?... depan tidak diperhitungkan?...

Jawaban : Pada kelas malam ini narasumber memang sengaja mengenalkan Rima belakang atau Rima akhir saja. ( Agar peserta memahami dengan betul apa itu pantun)

Ada juga Rima yang lain (Rima tengah dan akhir, Rima awal, tengah dan akhir serta Rima lengkap)

Ini juga contoh rima tengah dan akhir.

Biji selasih jangan dimakan,

Batang tebu akar seruntun,

Terimakasih saya ucapkan,

Bapak ibu kelas kaidah pantun.

    Pergi berkelah menjaja katun,

    Saudagar Arab di tengah pekan,

    Segala madah telah disusun,

    Salah dan khilaf mohon dimaafkan.

Moderator kembali memberi pesan penutupnya menggunakan pantun.

Bersama Asih membeli ikan

Ikan Mas Kesukaan Iwan

Terima kasih saya ucapkan

Untuk Mas Miftah yang menawan

Cakeep. Wah...malam ini peserta benar-benar kenyang dengan pantun yang bersahut-sahutan.

Puasnya sudah diberi bekal ilmu terkait membuat Pantun. Tinggal kami latih hingga lancar berpantun pula. Mari terus berkarya, berdedikasi dan menginspirasi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun