Selanjutnya, dokumen ini menghubungkan ajaran Kitab Suci dengan urgensi penjagaan lingkungan hidup. Paus Fransiskus sering mengutip berbagai ayat dari Alkitab untuk menegaskan bahwa penciptaan alam semesta adalah karya kasih Tuhan yang harus dilindungi. Dalam teologi ini, perhatian terhadap lingkungan bukanlah pilihan atau tambahan, melainkan inti dari iman Kristen.
Selain itu, Laudato Si juga mengajak umat untuk bertobat secara ekologis, yang melibatkan perubahan cara pikir, pola hidup, dan prioritas kita sehari-hari. Pertobatan ekologis memerlukan tindakan nyata seperti mengurangi limbah, menggunakan sumber daya alam secara bijak, dan mendukung kebijakan yang berkelanjutan. Ini adalah panggilan teologis untuk memelihara bumi dan melindungi generasi mendatang.
4.2. Refleksi Filosofis terhadap Tanggung Jawab Manusia
Refleksi filosofis terhadap tanggung jawab manusia dalam konteks lingkungan hidup merupakan tema sentral dalam dikumen Laudato Si. Paus Fransiskus menyoroti keterkaitan mendalam antara etika manusia dengan keberlanjutan alam. Berdasarkan prinsip moral dan filsafat, tanggung jawab manusia terhadap lingkungan tidak hanya bersifat praktikal tetapi juga intrinsik, mencakup penghargaan terhadap keterkaitan antara seluruh ciptaan.
Salah satu aspek penting yang dikemukakan adalah konsep "pemerintahan yang baik" atau stewardship. Dalam pandangan ini, manusia bukanlah tuan dari alam tetapi penjaga yang harus merawat dan melindungi planet ini dengan bijaksana. Prinsip ini menekankan bahwa setiap tindakan manusia terhadap lingkungan harus mempertimbangkan dampak jangka panjang dan keberlanjutan ekosistem.
Filsafat tanggung jawab ini juga mencakup dimensi keadilan antargenerasi. Paus Fransiskus menekankan bahwa generasi sekarang memiliki kewajiban moral untuk mempertahankan kelestarian bumi bagi generasi yang akan datang. Penekanan ini mendorong perubahan paradigma dari eksploitasi sumber daya alam yang bersifat merusak menuju penggunaan yang berkelanjutan dan beretika.
Selain itu, filosofi dari Laudato Si menggarisbawahi pentingnya solidaritas global. Menghadapi krisis lingkungan, tanggung jawab tidak hanya terletak pada individu atau negara tertentu tetapi merupakan tugas kolektif umat manusia. Kerja sama internasional dan dialog lintas budaya serta agama menjadi kunci dalam mengatasi tantangan lingkungan yang kompleks ini.
Dengan demikian, refleksi filosofis dalam Laudato Si mengajak setiap individu untuk merenungkan kembali peran mereka sebagai bagian dari komunitas global, bertindak dengan kesadaran moral yang tinggi, dan berkomitmen untuk menjaga alam sebagai bagian integral dari keberadaan manusia.
5. Tanggapan dan Kritik terhadap Laudato Si
Dikumen "Laudato Si" telah mendapatkan beragam tanggapan dari berbagai kalangan, baik dari dalam komunitas Katolik maupun dari masyarakat luas. Publikasi ensiklik ini oleh Paus Fransiskus pada tahun 2015 menandai momen penting dalam dialog global mengenai isu lingkungan dan perubahan iklim. Sejak saat itu, tanggapan-tanggapan yang diterima mencerminkan spektrum luas dari apresiasi mendalam hingga kritik tajam, mencerminkan komitmen gereja terhadap isu ekologi serta kontroversi yang bersinggungan dengan berbagai kepentingan dan pandangan.
Saat meninjau tanggapan terhadap "Laudato Si," penting untuk mencatat bahwa banyak tokoh agama, ilmuwan, aktivis lingkungan, dan pemimpin dunia menyambut baik dokumen ini. Mereka mengapresiasi keberanian Paus Fransiskus dalam mengangkat isu lingkungan ke panggung global dan mengakui signifikansi ensiklik ini dalam mendorong kesadaran dan tindakan terhadap krisis lingkungan yang sedang berlangsung. Selain itu, dokumen ini juga telah menginspirasi berbagai inisiatif hijau dan kebijakan keberlanjutan di berbagai negara dan organisasi.