Di sisi lain, dokumen Laudato Si juga menghadirkan berbagai peluang yang dapat dioptimalkan. Peningkatan kesadaran akan isu lingkungan dapat memicu munculnya inovasi teknologi yang berkelanjutan. Energi terbarukan, efisiensi energi, dan teknologi bersih adalah contoh dari sektor-sektor yang dapat berkembang pesat dengan adanya dorongan moral dan etis yang disampaikan dalam ensiklik ini.
Peluang kolaborasi global juga merupakan salah satu aspek penting yang diangkat oleh Laudato Si. Gereja Katolik memiliki jaringan luas di seluruh dunia yang dapat dimanfaatkan untuk kampanye pendidikan dan aksi lingkungan. Kerjasama lintas agama, pemerintah, dan sektor swasta juga dipandang sebagai strategi efektif untuk mencapai keberhasilan jangka panjang dalam upaya pelestarian lingkungan.
Dengan demikian, meski tantangan yang dihadapi ke depan cukup besar, peluang untuk menciptakan dunia yang lebih berkelanjutan dan adil melalui ajakan moral Laudato Si tetap terbuka lebar bagi semua pihak yang ingin berpartisipasi.
7.1. Tantangan dalam Implementasi
Penerapan ajaran dan rekomendasi dalam dikumen Laudato Si menghadapi berbagai tantangan yang signifikan. Salah satu tantangan utama adalah kurangnya kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang krisis lingkungan dan urgensi tindakan yang diperlukan. Edukasi yang kurang memadai mengenai masalah-masalah lingkungan menyebabkan banyak individu dan komunitas tidak menyadari atau tidak tertarik untuk terlibat dalam solusi praktis yang diusulkan oleh dokumen ini.
Selanjutnya, tantangan institusional dan struktural juga memainkan peranan besar. Kebijakan dan regulasi yang diperlukan untuk mengatasi permasalahan lingkungan sering kali tidak diimplementasikan dengan konsisten atau efektif. Di banyak negara, terdapat hambatan birokrasi dan minimnya kerjasama lintas sektor yang memperlambat upaya implementasi rekomendasi Laudato Si. Faktor politis dan ekonomi juga menambah kompleksitas masalah ini, di mana kepentingan jangka pendek sering mengalahkan kebutuhan jangka panjang untuk keberlanjutan lingkungan.
Finansial menjadi tantangan lainnya. Implementasi inisiatif-inisiatif lingkungan sering kali membutuhkan investasi yang signifikan. Banyak komunitas, terutama yang berada di negara berkembang, tidak memiliki sumber daya yang memadai untuk mendanai proyek-proyek besar yang mungkin diperlukan untuk mengikuti panduan Laudato Si. Bantuan keuangan dari lembaga internasional atau negara-negara maju terkadang tidak cukup atau tidak mencapai tempat yang membutuhkan.
Terakhir, tantangan budaya dan sosial tidak bisa diabaikan. Kebiasaan dan pola hidup yang tidak berkelanjutan yang telah mengakar kuat di berbagai masyarakat membutuhkan perubahan yang tidak mudah. Perlawanan terhadap perubahan, baik dari individu maupun kelompok yang merasa diuntungkan oleh status quo, sering kali menghambat upaya-upaya untuk membangun suatu praktik hidup yang lebih ramah lingkungan.
7.2. Peluang untuk Kolaborasi Global
Dokumen Laudato Si tidak hanya menyerukan tanggung jawab individu dan komunitas lokal dalam mengatasi krisis lingkungan, namun juga menekankan pentingnya kolaborasi global. Kolaborasi semacam ini penting untuk menghadapi tantangan lintas batas yang diakibatkan oleh perubahan iklim, deforestasi, polusi, dan dampak negatif lainnya terhadap planet kita.
Peluang untuk kolaborasi global muncul dalam berbagai bentuk dan tingkatan. Pertama, kemitraan antar negara melalui perjanjian internasional seperti Perjanjian Paris, merupakan landasan dalam upaya kolektif untuk menahan laju pemanasan global. Implementasi perjanjian semacam ini membutuhkan komitmen dan tindakan nyata dari seluruh pihak yang terlibat, termasuk pemerintahan, sektor swasta, serta masyarakat sipil.