1.2. Tujuan dan Signifikansi
Laudato Si, sebuah ensiklik yang diterbitkan oleh Paus Fransiskus pada tahun 2015, bertujuan untuk menanggapi krisis lingkungan yang semakin mengkhawatirkan. Ensiklik ini tidak hanya ditujukan kepada umat Katolik, tetapi juga kepada seluruh umat manusia, menekankan bahwa perlindungan lingkungan merupakan tanggung jawab bersama yang mendesak. Tujuan utama penulisan dokumen ini adalah untuk meningkatkan kesadaran global mengenai masalah perubahan iklim, degradasi lingkungan, dan keadilan sosial yang melibatkan lingkungan hidup.
Dengan mendasarkan diri pada ajaran Gereja Katolik serta etika universal, Laudato Si mengajak untuk memperdalam pemahaman tentang hubungan antara manusia dan alam, serta untuk mendorong perubahan pola pikir dan tindakan yang lebih berkelanjutan. Dokumen ini berusaha mengingatkan umat manusia akan pentingnya kehidupan yang seimbang dengan alam, menghormati ciptaan Tuhan, dan menjaga warisan alam bagi generasi mendatang.
Signifikansi Laudato Si tidak dapat dipisahkan dari keberaniannya mengangkat isu-isu lingkungan ke tahap perdebatan moral dan spiritual. Ensiklik ini mengajak individu, komunitas, dan pemimpin dunia untuk merenungkan dampak kegiatan manusia terhadap bumi dan untuk mengambil langkah-langkah konkret yang mendukung kelestarian lingkungan. Signifikansi lainnya adalah memperkuat peran Gereja Katolik sebagai pemimpin moral dalam isu-isu global, mengajak kolaborasi lintas agama dan masyarakat sipil dalam menanggulangi tantangan lingkungan.
Penerbitan Laudato Si juga signifikan karena menjadi katalis bagi berbagai inisiatif dan kebijakan baru yang bertujuan mendorong keberlanjutan. Dokumen ini diharapkan dapat menginspirasi tindakan kolektif untuk mencapai keseimbangan ekologis dan keadilan sosial yang lebih baik, memastikan dunia yang lebih aman dan berkelanjutan bagi generasi masa depan.
2. Sejarah dan Asal Usul Dikumen Laudato Si
Dikumen Laudato Si, yang diterbitkan pada tahun 2015, merupakan ensiklik Paus Fransiskus yang menyoroti pentingnya pelestarian lingkungan hidup dalam konteks ajaran Katolik. Penulisan ensiklik ini bukanlah suatu kebetulan, melainkan hasil dari berbagai perkembangan historis dan teologis yang relevan, baik di dalam maupun di luar Gereja Katolik.
Ensiklik ini mengambil namanya dari bahasa Italia kuno yang berarti "Terpujilah Engkau," sebuah ungkapan yang diambil dari Kidung Saudara Matahari karya Santo Fransiskus dari Assisi. Santo Fransiskus sering dikenal sebagai pelindung lingkungan hidup karena kecintaannya yang mendalam terhadap alam dan semua makhluk hidup. Dengan demikian, Laudato Si tidak hanya merefleksikan pandangan Gereja mengenai lingkungan, tetapi juga menggarisbawahi hubungan spiritual antara manusia dan alam.
Paus Fransiskus memulai proses penulisan Laudato Si dengan mengumpulkan data dan masukan dari berbagai sumber, termasuk para teolog, ilmuwan, dan pakar lingkungan. Proses penyusunan ini memakan waktu bertahun-tahun dan melibatkan konsultasi yang luas untuk memastikan bahwa dokumen ini tidak hanya teologis, tetapi juga ilmiah dan praktis relevan.
Dalam sejarah modern Gereja, Laudato Si menandakan fase penting di mana isu lingkungan hidup ditempatkan pada pusat perdebatan moral dan spiritual. Gereja, melalui ensiklik ini, menunjukkan komitmennya yang serius terhadap penyelamatan bumi sebagai rumah bersama umat manusia, yang harus dijaga dan dilestarikan demi kesejahteraan generasi mendatang.
2.1. Konteks Sejarah