Mohon tunggu...
Erick M Sila
Erick M Sila Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Menulis adalah mengabadikan diri dalam bentuk yang lain di masa depan.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Belajar dari Nikmatnya Secangkir Kopi #11

15 Januari 2024   15:48 Diperbarui: 15 Januari 2024   16:02 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.canva.com/design

Dia memperhatikan mereka kembali ke tugas mereka, menjaga keseimbangannya. Sambil memutar-mutar latte, Aditya mengintip ke dalamnya, menemukan kemiripan keberanian yang terpancar dari dirinya. Setiap tegukan, rasa pahit dan manis bercampur di lidahnya, mengingatkan akan rumitnya tarian kehidupan.

"Seimbang," bisiknya, memeluk kata itu seperti mantra, membiarkannya mengalir dalam pikirannya hingga mencapai tekadnya yang terdalam.

Aditya berdiri di tengah fajar yang tenang di dapur sederhananya, aroma biji kopi yang baru digiling mengharumkan udara. Dengungan lembut mesin espresso merupakan simfoni yang menenangkan di telinganya saat dia secara metodis mengetukkan portafilter ke meja. Setiap gerakan yang tepat merupakan latihan keseimbangan baru yang ia cari---sebuah ritual yang memadukan disiplin dan kesenangan.

"Rutinitas pagi memang bagus," gumamnya pada diri sendiri, "tapi jangan sampai kita tersesat dalam rutinitas itu."

Dia meluangkan waktu, mengukus susu hingga menjadi buih yang lembut, memikirkan bagaimana uap yang berputar-putar menari dengan keseimbangan halus yang sama yang dia dambakan dalam hidup. Dengan tangan mantap, dia menuangkan susu ke dalam dark espresso, menciptakan harmoni sempurna antara cahaya dan bayangan di cangkirnya. Ini adalah sebuah tindakan kecil yang menentang laju tanpa henti dari kehidupan sebelumnya, sebuah representasi nyata dari komitmennya terhadap perubahan.

"Adit?" Suara Dinda membuyarkan lamunan, siluetnya terbingkai di ambang pintu, tajam dan tegas. "Kamu bangun pagi. Berencana menaklukkan dunia sebelum sarapan?"

"Semacam itu," jawab Aditya sambil tersenyum ragu. "Hanya mencoba memulai hari dengan niat tertentu."

"Niat," ulang Dinda, nada skeptis terdengar sambil menyilangkan tangan. "Dan seperti apa rupanya?"

"Seimbang," kata Aditya sambil menyesap kopinya, menikmati kayanya aroma karamel dan kacang. "Menemukan waktu untuk bekerja dan hidup. Menetapkan batasan."

"Batas," sela Rizky, muncul di samping Dinda, matanya berbinar menantang. "Konsep yang menarik, tapi tidak praktis. Anda sadar bahwa dunia kita tidak berhenti untuk... eksperimen 'perawatan diri' Anda, bukan?"

"Mungkin tidak," Aditya mengakui, meletakkan cangkirnya sambil berdenting lembut. "Tetapi saya tidak berguna bagi siapa pun jika saya kehabisan tenaga. Saya harus mencoba strategi yang berbeda, mencari strategi yang berhasil."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun