***
Hari ke-7 KKN
Satu minggu berada di sini, banyak sekali kejadian aneh yang aku alami. Sampai saat ini, Alfiyan masih belum juga ditemukan. Polisi masih mencari keberadaan teman kami itu. Sementara Pak Rangga tetap menyarankan kami untuk terus melanjutkan kegiatan KKN meskipun situasi kurang kondusif.
Aku, Ezar, Rafan, Elia, dan Dinda pun terpaksa harus kembali ke lokasi KKN meskipun kami sudah tidak fokus karena khawatir dengan keadaan Alfiyan.
Mungkin karena kelelahan dan juga pikiran, Dinda pingsan saat mengerjakan tugas KKN. Wajar saja kalau dia sangat kepikiran Alfiyan yang merupakan kekasihnya. Kami pun membopong Dinda ke rumah Pak RT dan menunda kegiatan KKN.
Tidak terasa, hari sudah kembali gelap. Kondisi Dinda semakin memburuk. Pak Rangga yang tidak ingin terjadi apa-apa dengan Dinda langsung berinisiatif membawanya ke rumah sakit terdekat. Pak Rangga dan Pak RT membawa Dinda menggunakan mobil bak yang menjadi satu-satunya kendaraan yang ada di desa.
Kami tidak bisa ikut. Kami hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk keselamatan Dinda. Elia menangis di pelukanku karena khawatir dengan keadaan Dinda. Ezar berusaha untuk menenangkan suasana agar tidak ada yang berpikir aneh-aneh.
Kami pun mencoba untuk beristirahat setelah menyantap ubi goreng. Cuaca di luar sedang hujan. Aku harap Dinda sudah tiba di rumah sakit.
***
Hari ke-14 KKN
Sudah dua minggu kami tinggal di pedalaman Sukabumi. Tim kami tersisa empat orang. Keadaan Dinda yang memburuk membuatnya harus dirujuk ke rumah sakit kota oleh orang tuanya untuk mendapatkan penanganan yang lebih intensif.