Ezar mulai membagi tugas kepada kami. Selain Ezar, aku satu tim dengan lima teman lainnya. Mereka di antaranya adalah Alfiyan, Dito, Rafan, Elia, dan Dinda. Kami semua tinggal di rumah Pak RT yang cukup luas dengan arsitektur seperti bangunan Belanda.
Kami baru selesai mengerjakan proyek di hari pertama pada pukul lima sore. Suara serangga sangat kentara kami dengar karena kami benar-benar berada di pedalaman yang penuh dengan pohon-pohon besar. Akses ke jalan raya cukup jauh. Penduduk di sini pun tidak terlalu banyak.
Sebelum matahari terbenam, kami sudah sampai di rumah Pak RT. Sebagai juru masak, aku dan Elia pun masak untuk keperluan makan malam ini. Aku dan Elia memasak mie dan beberapa sayuran. Sementara itu Dinda bertugas untuk memasak nasi menggunakan tungku bersama Dito. Saat itu, listrik belum masuk ke desa yang kami tempati. Penerangan masih menggunakan lampu petromaks.
Entah perasaanku saja atau bukan, aku seperti mencium bau amis darah.
“Kok aku kayak cium bau amis darah, ya?”
“Eh bener, aku juga cium baunya, Sal!” Elia mengamini penciumanku.
Aku mulai kembali merasakan hal yang aneh. Tapi, agar anak-anak tidak berprasangka apa pun, aku meminta Elia untuk tidak cerita kepada yang lain. Kebetulan saat itu kami sedang memasak mie di luar menggunakan kayu bakar. Bisa saja ada seseorang yang baru saja memotong ayam.
Jam 7 malam kami mulai menyantap makanan yang kami masak. Kami seharian belum melihat penampakan Pak RT. Sepertinya beliau sedang tidak ada di rumah. Kami pun begitu lahap menyantap makanan di tengah rumah dengan penerangan yang cukup minim.
Setengah jam setelah istirahat, Ezar mulai memimpin rapat untuk kegiatan besok. Hari semakin larut, Dito, Rafan, Alfiyan, dan Dinda sudah mulai tertidur. Sementara aku, Erza, dan Elia masih mencoba bertahan. Namun tidak lama setelah itu, kami pun memutuskan untuk tidur karena sudah kelelahan. Jam sudah menunjukkan pukul 11.30 malam.
Lelaki tidur di tengah rumah, sementara perempuan tidur di kamar yang saat itu jadi tempat aku istirahat setelah pingsan. Aku berusaha untuk memejamkan mata, namun tidak bisa. Sayup-sayup aku seperti mendengar suara langkah kaki di belakang rumah. Aku berpikir mungkin itu Pak RT yang baru pulang.
Tapi, habis dari mana Pak RT sampai baru pulang tengah malam begini? Aku ingin memeriksa, namun mataku tiba-tiba semakin berat hingga aku pun tertidur lelap.