Ghaffar menghapus air mata istrinya. "Sudah, ya, Sayang". Ghaffar menaik tangan Adawiyah, lalu memeluk tubuh sang istri.
Adawiyah tertunduk dalam pelukan Ghaffar, wajahnya menempel pada dada bidang lelaki itu.
"Qadarullah, inilah takdir yang indah, siapa sangka kita akan menjadi pasangan suami istri. Tak pernah terpikir olehku untuk beristri lagi, pasca Aisyah meninggal, aku cukup trauma. Lagi-lagi qadarullah sayang, Qaraullah yang selalu indah. Allah gerakkan hatiku untuk menerimamu dan memulai ta'aruf, kemudian dalam istrikharahku Allah kembali memberikan petunjuk bahwa kamu wanita sholehah yang akan menjadi pendamping dan bidadariku di surga. Tetaplah berprasangka baik kepada_Nya, karena segala takdirnya tak pernah buruk selalu indah. Seperti takdir cinta kita ini istriku." Ghaffar mencium berkali-kali wajah istrinya, mata Adawiyah sembab menahan air mata yang terus ingin keluar dari cangkangnya.
Adawiyah mensyukuri segala ujian dan nikmat yang Allah telah berikan padanya. Semua ini Qadarullah yang indah untuknya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H