Aku lalu membuka amplop tersebut. Ada sejumlah uang dengan 2 lembar Rp100.000, selembar Rp50.000, lalu selembar Rp20.000 dan beberapa uang Rp1.000. Kuhitung semuanya dengan total Rp278.000. Uangnya bahkan melebihi harga kompor gas yang kupesan.
“Ini uang dari mana ay? Kamu pinjam?”
“Dari SHU. Ini kan awal tahun, semua karyawan dapat pembagian dari Koperasi.”
Alhamdulillah. Mukaku langsung sumringah. Tak ada kegalauan lagi, besok aku bisa membayar kompor gas pesanan yang salah klik itu.
***
Malamnya, kami mengobrol tentang kompor gas itu. Lalu, di tengah obrolan kami, aku ingat sebuah doa yang dipanjatkan oleh anak-anak yatim dan pengasuhnya.
“Ya Allah, mudahkanlah urusan Mbak Dhita dan suami.”
Doa itu memang terus diucapkan berulang-ulang oleh Pak Habibi, saat kami dulu mengantarkan anak-anak pondok. Doa itu sangat mujarab ternyata. Saat aku dan suami kesusahan untuk membayar kompor gas, pertolongan yang dibayar dengan doa itulah yang menyelamatkan kami. Ternyata saat kita berbagi, balasan Allah itu nyata adanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H