***
Malamnya suami pulang dari kantor. Aku sudah mantap bercerita. Aku mengumpulkan keberanian setelah aku mengadu pada-Nya.
“Ay, aku mau cerita. Tapi kamu jangan marah ya?”
“Eh, ada apa? Kok minta aku nggak marah?”
Suami sibuk mendengarkan. Aku pun menunjukkan laman aplikasi akunku yang menandakan bahwa pesanan sudah berada di gudang. Kemungkinan besok atau lusa, barang akan datang.
“Ya sudah Ay, mungkin itu rezeki kita. Pengganti sedihmu yang kemarin.”
Suami menghiburku dengan senyum jahilnya. Aku terkejut, dia kok nggak marah malah meledek? Apa dia punya uang untuk membayar?
“Kamu ada uangnya apa, Ay?”
Dia hanya tersenyum sambil memberikan amplop. Dadaku berdesir.
“Ini apa, Ay?” tanyaku menyelidik.
“Sudah buka dulu saja.”