Semoga ini yang Engkau ridai. Aku ingin memberi kebahagiaan untuk Ibu lewat tes ini. Selama ini, aku selalu menolak saat Ibu memintaku ikut tes calon guru. Tapi kali ini, aku merasa ini bagian ikhtiarku sebagai anaknya.
Ternyata tidak sampai di situ, ibu meminjamkan mobil untuk berangkat ke Semarang.
***
Status whatsapp teman yang kunamai Tika muncul di pemberitahuan beberapa menit yang lalu. Status meminta pertolongan pinjaman kendaraan untuk mengantarkan anak yatim belanja. Ini sudah 2 hari semenjak aku mengerjakan tes calon guru kontrak. Aku pasrah menunggu pengumuman.
Status dari Tika itu kucerna baik-baik. Mobil yang kupinjam dari ibu masih ada di Jogja, terparkir di depan rumah. Suami berencana mengembalikan saat hari Minggu tiba, hari liburnya.
“Ay, ini ada temanku butuh mobil besok pagi. Pondok anak yatim ada yang mau pindahan dan perlu belanja kebutuhan. Kamu besok pagi free kan? Nanti mobil ibu dipakai saja daripada menganggur.”
“Jam berapa, Nda?”
“Jam 9 pagi sudah sampai di pondok mereka.”
“InsyaAlloh, bisa Nda.”
Aku yang memang ingin sekali menyantuni anak yatim tersebut bersorak dalam hati. Aku yang bahagia bisa sedikit membantu dengan tenaga suami untuk menyetir dan tenagaku untuk menemani anak-anak yatim belanja, segera mengirim pesan ke Tika. Semenit kemudian, Tika berterima kasih di kotak percakapan kami dan meminta untuk datang ke alamat yang diberikan.
Keesokan harinya, hari petualangan kami datang. Aku, suami dan anak sudah siap menjemput. Kami menjemput anak-anak yatim dengan total 4 orang anak perempuan seusia adik kandung bungsuku. Juga ada satu bapak pengasuh bernama Pak Habibi. Kami sampai di pondok sesuai janji dan langsung meluncur ke supermarket besar dengan wahana mainan di lantai teratasnya. Tika dan satu teman lainnya sudah menunggu di sana.