Suasana senyap melingkupi lift, mungkin degup jantungku pun bisa terdengar. Aku berdiri gelisah. Kurasakan lift ini bergerak selambat siput.
"Oh yaa, kenalkan. Saya Priambodo, biasa disapa Pritt," tangan kekar itu tiba-tiba saja terulur mengajak berkenalan.
"Oh, ...eeh ....saya.....," aku tergagap-gagap. Kaget.
Pritt tersenyum, sorot matanya teduh.
"Namanya siapa?," tanyanya lembut.
"Pritta," sahutku, debar di dadaku belum hilang.
"Nama kita sama.....," gelaknya. Mau tak mau aku tersenyum mendengarnya.
Hingga pintu lift membuka di lantai 7, kami masih asyik berbincang. Sebelum berpisah, Pritt mengulurkan kartu namanya sambil meminta nomor ponselku.
Priambada Kama,SH ...... kueja nama itu lambat-lambat. Nama yang asing, sepertinya bukan nama kebanyakan yang mudah ditemui di keseharian.
Kuselipkan kartu nama itu di kantung tas kerjaku. Segera saja aku melupakannya, tenggelam dalam pekerjaan yang seolah tak ada habisnya.
****************