Mohon tunggu...
Mr. E Vision of never stop dreamer
Mr. E Vision of never stop dreamer Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Vision of never stop dreamer

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bolehkah Aku Membenci Tuhan Kalian

24 April 2012   10:58 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:10 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

...Tuhan kalian sama dengan ku,

tapi mengapa kalian tak sama dengan ku,

bolehkan aku membenci tuhan kalian,

yang telah merebut segalanya dariku


bolehkah aku membenci tuhan kalian,

yang telah mengubur semua masa depan ku


bolehkah aku membenci tuhan kalian,

yang telah menakdirkan ku tanpa kebahagiaan


dan apakah aku juga harus membenci kalian,

***


sebuah coretan di dinding kamar ku

bertintakan merah dengan makna patah hati

aku selalu tak mengerti antologiMu

bukan aku menghujatMu, hanya berburu kemenangan yang Kau janjikan

bosan aku menulis untukMu, tak pernah Kau jawab dengan nada pelangi jingga yang ku harap

seribu detikku terbuang percuma untuk bercurah padaMu, namun terbatas padaMu aku sanggup menghujat

malam ini bersaksi paruh rembulan, kembali puisi ku tertuju untukMu

setelah Kau acuhkan ku, menakdirkan aku tanpa senyuman

belum puasakah Kau memuarakan air mataku untuk danauMu?

kini kau terbangkan ia, dengan enam sayap yang Kau pinjam menuju senjaMu

'kan tertinggal aku terpuruk disini, sendiri!

setelah ini siapa lagi yang Kau rebut dariku?

...ibuku?
...ayahku?
...adikku?


atau bahkan puisi yang ku puja selama ini?

terlebih itu tubuh yang tak berdaya ini?

belum puaskah Kau?

serupa sajak antologi puisi seorang pudjangga patah hati

mengukir sajak abadi dalam vena berwujud merah hati kian perih

seperih ketidakadilan yang Kau buat, itulah wujud tubuh ku tertakdirMu

malaikat-malaikatMu pun tertunduk menangis terkarenakanku,

mengapa Kau selalu diam?

sembunyi bagai hujan yang tak berair

lelah tubuh ini Tuhan!

lelah tubuh ini Tuhan!

lelah tubuh ini Tuhan!

***


dengarlah sebuah puisi terkarya karena takdirMu malam ini;

Poems In Peace For My Best Friend

gugur ranting bagai belulang tubuh ku

bermuara diatas pusara terakhirmu

kawan, air mataku berjatuhan basahi tubuhmu

apa mungkin aku bisa membunuh Tuhan yang kian membunuhmu?

maaf  kawan, aku tak sanggup melihat malaikat itu

andai mampuku, akan kupanah dengan busur sajakku

maaf teman, tubuh ini hanya terbujur kaku saat tubuhmu lemas dipembaringan itu

tersebab jantungmu adalah jantungku

***


dengarlah Tuhanku! satu raga telah Kau ambil dari satu jiwa yang sangat mencintainya

tak menyesalkah Kau?

tak merasa bersalahkah Kau?

sungguh takdirmu tak berkeadilan padaku

ia kawan terbaikku,

ia teman terhebatku,

mengapa Kau hujani ia dengan peluru malaikatMu?

mengapa kau tak pilih aku?

jika boleh aku membenciMu, akan ku benci Kau separuh hidupku

jika mampu aku membunuhMu, ingin ku bunuh Kau dengan tulang rusukku

sewaktu ibu, aku masih terima takdirMu

setelahnya ayah, aku pun masih bisa tersabarkan

hingga Kau merebut kekasihku pun, aku masih tak mampu melawanMu

'kan kini Kau jauhkan aku dari kawan terhebatku

apa yang Kau ingin dariku?

mereka yang sungguh membuatku hidup, Kau pusarakan satu per satu

lalu untuk apa aku masih bernadi hari ini?

ambillah nyawaku, wahai Tuhan ku

tempatku tak lagi disini, aku tak mampu lagi hidup di alam takdirMu

patah hatiku mungin sudah stadium tak terhingga

izinkan aku bersama mereka, Tuhan!

***


ini dengerlah sajak permohonan terakhirku untukMu, Tuhan!

tuhan,

jika boleh aku ajukan permohonan terakhirku

aku ingin Kau berkeadilan kepadaku

ambillah ragaku

'kan buatkanlah pusara abadi untukku

bersampingan dengan mereka yang Kau dahulukan

Tuhan, sekali ini saja Kau dengarkan aku

bunuh aku seperti kau membunuh mereka

Tuhan, ku tutup sajak terakhirku dengan bertobat padaMu

***


aku tak sanggup lagi menulis untukMu

tinta merahku tak lagi mengalir

nadiku pun kian tak berima

aku merasa lelah Tuhan

sungguh lemas,

aku melihat makhluk bersayap, Tuhan!

apa itu utusanMu?

aliran darahku serasa benar-benar terhenti, Tuhan!

...Tuhan, aku ingin pejamkan mata, setelah itu aku berserah pada takdirMu...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun