seribu detikku terbuang percuma untuk bercurah padaMu, namun terbatas padaMu aku sanggup menghujat
malam ini bersaksi paruh rembulan, kembali puisi ku tertuju untukMu
setelah Kau acuhkan ku, menakdirkan aku tanpa senyuman
belum puasakah Kau memuarakan air mataku untuk danauMu?
kini kau terbangkan ia, dengan enam sayap yang Kau pinjam menuju senjaMu
'kan tertinggal aku terpuruk disini, sendiri!
setelah ini siapa lagi yang Kau rebut dariku?
...ibuku?
...ayahku?
...adikku?
atau bahkan puisi yang ku puja selama ini?
terlebih itu tubuh yang tak berdaya ini?
belum puaskah Kau?
serupa sajak antologi puisi seorang pudjangga patah hati
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!