Mohon tunggu...
Ende Widiyana
Ende Widiyana Mohon Tunggu... Guru - Akademisi

Pengajar Propesional yang dapat mendorong pengetahuan yang kuat kepada siswa. dapat menggunakan teknologi untuk membantu meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang pembelajaran yang kompleks. mudah beradaptasi dengan gaya belajar yang berbeda berdasarkan siswa yang saya ajar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Urgensi Kaidah Tafsir dalam Memahami Makna

15 Juli 2024   04:53 Diperbarui: 15 Juli 2024   06:44 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari beberapa keterangan tersebut di atas dapat dikatakan bahwa kaidah-kaidah tafsir adalah aturan-aturan dan azas-azas yang dijadikan dasar atau landasan operasional penafsiran al-Quran yang dibakukan menjadi kaidah tafsir dan penting untuk diketahui oleh mufassir dalam memahami secara tepat sesuai makna yang dikandung oleh ayat-ayat al-Quran.

Perbedaan antara Ulumul Qur'an, Tafsir dan Kaidah Tafsir

Pada awalnya Ulumul Qur'an digunakan untuk ilmu umum yang diambil dari Al-Qur'an seperti akidah, fikih, tafsir, akhlak, qiraat, Bahasa Arab, 'Ijazul Qur'an (kemukjizatan Al-Qur'an) I'rb Alquran (gramatikal bahasa Arab) dan ilmu apa saja yang diambil dari Al-Qur'an. Dalam perkembanganya, Ulumul Qur'an kemudian menjadi istilah disiplin ilmu tersendiri yang berkaitan dengan seluk beluk Al-Qur'an. Di antara definisi ulumul Qur'an yang populer adalah apa yang disebutkan oleh Nurudin 'Itr. beliau mengatakan bahwa Ulumul Qur'an adalah "Pembahasan universal yang terkait dengan Al-Qur'an Al-Karim dari sisi turunnya, urutannya, kodifikasinya, penulisannya, tafsirnya, kemukjizatannya, nasikh dan mansukhnya dan yang lainnya." (Nur ad Din 'Itr, 1993: 8).

Kaidah tafsir dan tafsir adalah cabang dari Ulumul Qur'an yang lebih spesifik. Kaidah tafsirmembahas rambu-rambu dan aturan tafsir ayat. Sedangkan tafsir mengaplikasikan rambu-rambu dan aturan tersebut dalam ayat sehingga tersingkap maksud ayat sesuai yang dikehendaki pembuat syariat.

Sejarah Perkembangan Kaidah Tafsir

Sejak awal turunnya wahyu, Nabi Muhammad sallahu alaihi wassalam senantiasa mengajarkan Al-Qur'an kepada para sahabatnya. Mufasir pertama dalam Islam adalah Rasulullah Sallahu alaihi wassalam itu sendiri. Kemudian beliau mewariskan ilmu Al-quran dan tafsir kepada para sahabat secara bertahap. Ibnu Jarir menukil riwayat dari Ibnu Mas'ud bahwa para sahabat belajar Al-quran sekitar sepuluh ayat dan berhenti untuk menghafal, memahami dan mengamalkannya.

Sumber tafsir pada saat itu adalah wahyu dari Allah secara langsung, atau dari ayat Al-Qur'an yang lain atau Nabi sallallahu alaihi wassalam berijtihad sendiri. Hal tersebut karena apa saja yang datang dari beliau dalam masalah agama pada hakikatnya adalah wahyu (Muhammad Husain Al Dzahabi, 19).

Dari madrasah Rosulullah lahirlah para pakar tafsir. Inilah para sarjana pertama yang mewarisi ilmu tafsir langsung (talaqqi) dari nabi Muhammad Sallahu alaihi wassalam. Diantara mereka adalah khulafaurrasyidin, Ibnu Mas'ud, Ibnu Abbas, Zaid ibn Tsabit, Abu Musa Al Asy'ari, Ubay ibn Ka'ab, Anas bin Malik, Abdullah bun Zubair, Jabir ibn Abdillah, Aisyah dan lainnya

(Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, 2013: 182-183. Lihat juga Syaful Rokim, 2020: 81).

Setelah Islam meluas di era Usman bin Affan, maka banyak para sahabat menyebar di berbagai wilayah dan menjadi guru tafsir di wilayah tersebut. Oleh karena itu, diperguruan Madinah Ubay bin ka'ab yang mencetak Zaid bin Aslam, di Mekkah ada Ibnu Abbas yang mencetak Mujahid dan Thawus, di Kufah pada saat itu ada Ibnu Mas'ud yang mencetak Al Qomah dan Masruq. Metode penafsiran para sahabat adalah penafsiran bil ma'tsur atau langsung dengan riwayat yang diperoleh Nabi sallahu alaihi wassalam. Jika dicermati banyak ditemui bahwa para sahabat menafsirkan Alquran dengan hadis-hadis Nabi sallallah alaihi wasallam.

Meskipun tidak terkodifikasikan secara rinci, penafsiran mereka mengikuti kaedah yang diajarkan langsung Rasulullah. Metode tersebut mereka warisan kepada generasi berikutnya. Seiring berjalan waktu, baru kemudian ilmu kaidah-kaidah tafsir berdiri sendiri menjadi satu cabang ilmu tersendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun