Kita dianjurkan membeli madu dan barang kerajinan seperti kain tenun dan tas tradisional untuk membantu perekonomian mereka. Kalau berkunjung ke desa, sebaiknya membawa oleh-oleh seperti kopi, teh, gula dan ikan asin.
Fisik suku Baduy Dalam agak berbeda dengan Baduy luar. Kulit bening walaupun tidak pernah terkena sabun. Banyak yang ganteng dan cantik. Kang Safrii sendiri berparas tampan dan awet muda.
Pulang dengan track berbeda
Esoknya setelah sarapan, kami harus kembali ke bawah. Di kampung Baduy Dalam, kita tidak boleh menginap lebih dari semalam. Maka paginya harus pulang lagi.
Perjalanan berat kembali dimulai, padahal tubuh masih sangat lelah. Tenaga hanya tersisa sepertiga, ditambah kaki yang masih sakit.
Kami melewati tanaman padi di tebing dan lereng. Padi ini menjadi nasi yang dimakan sehari-hari oleh suku Baduy Dalam. Mereka juga memiliki lumbung padi. Satu keluarga bisa memiliki lebih dari satu lumbung padi.
Setelah itu, banyak teman yang menyempatkan diri berfoto di jembatan akar. Jembatan ini memang menjadi ikon kunjungan ke Baduy. Di bawahnya sungai besar bernama Cicimet, yang nantinya bertemu dengan sungai Cidurian yang menyebabkan banjir bandang di Lebak.