"Berhasil, aku berhasil mengambil semutnya," ucap Alif sembari membuang semut yang diambilnya dari hidungku.
Ternyata Alif mendekatiku hanya untuk mengambil semut di wajahku. Aku tidak bisa membayangkan betapa merahnya pipiku, karena malu.
"Awas sana, minggir." Aku mendorong Alif, kemudian melangkah ke luar kamar.
"Kamu mau ke mana, Tiara?"
"Aku mau ke dapur, lapar."
Alif mengikutiku dari belakang sembari menggodaku, "Ngomong-ngomong, kamu sepertinya cemburu dengan foto itu, ya?"
"Tidak, aku tidak cemburu," jawabku sambil menghentakkan kakiku.
"Aku yakin kamu cemburu Tiara." Alif mengolokku lagi sambil tertawa.
***
Dering ponsel, menghentikan aktivitasku mengepel lantai. Aku bergegas ke kamar mengambil benda pipih itu. Ada tiga panggilan tak terjawab dari Adi. Aku segera menghubungi sepupuku itu kembali.
Syukurlah, Adi segera menjawab teleponku. Dia bertanya mengenai keadaanku di Jakarta, kemudian memberi kabar bahwa aku harus pulang ke Cilimus.