Dengan canggung aku meminta izin kepada Bu Merry untuk mengambil koperku di bagasi.Keyla membantuku membawa barang bawaan dari Subang. Bahkan, dia mengantarkanku ke kamar Alif.
Aku mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan. Kamar bernuansa dan beraroma maskulin. Keyla menunjukkan letak kamar mandi yang masih berada di dalam kamar. Dia memang sangat menyenangkan sehingga menghilangkan kecanggunganku.
"Teh, Keyla bantuin ya  ngemas pakaiannya!"
"Enggak usah Key, biar nanti sama Teteh saja," jawabku sembari duduk di bibir ranjang.
"Teh, ngomong-ngomong kamar ini tadinya agak berantakan. Aku yang beresin," bisik Keyla. "Nanti, jangan aneh ya! kalau kamarnya berantakkan," imbuhnya.
Aku tersenyum menaggapi ucapan Keyla.
"Sebenarnya aku ingin ngobrol banyak dengan Teteh, tapi kasian Tetehnya pasti kecapekan," tuturnya penuh semangat.
"Nggak apa-apa sekarang juga boleh, justru Teteh senang Keyla mau ngobrol sama Teteh."
"Lain kali aja ya Teh, Â sekarang aku permisi dulu! Â Mau minta si abang buat ngupasin nanas," ujar Keyla sembari berdiri sepertinya hendak beranjak keluar kamar.
Aku menarik tangan Keyla. "Biar Teteh saja yang ngupasin nanasnya." Aku ikut berdiri.
Keyla terlihat semringah. Dia menuntunku keluar kamar menuju dapur.
Aku mulai mengupas nanas, setelah Keyla memberikan pisau dan telenan. Sekilas aku melihat Keyla yang sepertinya sangat antusias melihatku mengupas nanas. Terdengar decak kagum dari bibir gadis berkulit putih itu.