Mohon tunggu...
Empong Nurlaela
Empong Nurlaela Mohon Tunggu... Guru - Guru

Hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Kabur di Malam Pernikahan (Part 7)

24 November 2024   15:42 Diperbarui: 24 November 2024   15:43 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B


Perutku benar-benar kenyang. Makanan tadi memang pas dijadikan menu makan siang dengan cuaca panas. Pantas Alif rela putar balik.


Karena kekenyangan, mataku menjadi berat. Alunan lagu Sepanjang Hidup milik Maher Zain yang diputar Alif solah-olah mengantarku untuk menyapa mimpi kembali.
***
"Tiara bangun! Kalau nggak bangun aku bopong nih!"


Aku terkejut langsung membuka mata.
"Di mana kita?"


"Kita sudah sampai di rumah, ayo kita turun! Bunda dan Keyla pasti sudah menunggu lama."


Mendengar ucapan Alif, aku diam terpaku. Kakiku seolah-olah berat untuk melangkah. Aku tidak sanggup berhadapan langsung dengan Ibunya Alif.
Lewat kaca mobil, tampak rumah berukuran cukup besar bergaya minimalis. Di halaman depan terdapat beberapa macam tanaman yang cukup terawat.


Seorang gadis berhijab lebar menyambut ramah sembari membuka pintu mobil. Mungkin dia Keyla, adiknya Alif yang dulu pernah diajak  bermain olehku dan abangnya, ketika masih kecil. Dia mengucapkan salam sambil mencium tanganku. Aku semakin gugup diperlakukan seperti itu.
Keyla menuntunku keluar dari mobil. Aku menurut seperti kebau yang dicocok hidung.  


Baru tiga langkah berjalan, kakiku kembali tertahan melihat Bu Merry menyambut di ambang pintu. Beliau melihatku dari atas sampai ke bawah. Debaran jantungku tiba-tiba menggila, mencoba menerka-nerka apa yang ada dipikiran wanita keibuan itu.


Setelah sampai di depan pintu aku mengucapkan salam, kemudian mencium punggung tangan Bu Merry. Beliau menjawab salam dan mempersilakan masuk.


Aku menoleh ke belakang menunggu Alif. Tampak, dia sedang menjinjing nanas oleh-oleh dari Subang. Keyla melepaskan tanganku, lalu setengah berlari menghampiri kakaknya.


"Asyik ... nanas!" serunya dengan mata berbinar.
Alif memberikan nanas pada Keyla, kemudian mencium punggung tangan Bundanya. Bu Merry memeluk Alif sembari mengusap lembut kepala putranya.


"Sabar ... ya, Bang!" ucapnya sambil menyeka air mata.
Ada rasa nyeri di ulu hati mendengar perkataan Bu Merry. Mungkinkah mereka menganggap semua yang terjadi adalah musibah?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun