“Terima kasih,” ucapnya.
Aku mengaguk pelan.
Tanpa canggung Alif mengambil pepes ikan dan meletakkannya di piring kosong. Benar saja, dia makan dengan lahap. Bahkan, pepes ikan yang menurutku berukuran besar nyaris tandas.
“Oyok, hayu atuh makan teh, malah lihatin si Abang terus,” desis Emak di sela-sela sarapan.
“I-iya, Mak.” Aku menunduk, lalu menyuapkan nasi ke mulut.
Ih, Emak … kalau ngomong nggak mikirin perasaan anak. Aku ‘kan jadi malu, ketahuan sedang memandang Alif. Nanti dia geer lagi.
***
Setelah sarapan, Bapak mengajak Alif ke ruang tamu untuk berbincang, sedangkan aku membantu Emak mencuci piring di bak pencucian dekat dapur.
“Yok, kamu dipanggil Bapak ke depan. Piringnya, biar Emak yang ngalanjutken cuci.” Emak mengambil piring dari tanganku.
“Jangan ah, Mak. Kata Emak ‘kan pamali pekerjaan dilanjutin orang.” Aku mengambil piringnya kembali,
Emak terkekeh.