Gua pasrah, siap menyanyikan lagu alamat palsu Ayu ting-ting.
“Mas, tadi namanya siapa?”
“Majendra.” sebut gua.
“Majendra, mbak !” Si satpam menyampaikan nama gua pada teman seapartemen Devina.
“Hmm… mas, boleh saya bicara sama mbak nya?” Gua coba mengorek informasi dari cewek itu. Ia seharusnya tahu di mana Devina.
“Assalamualaikum,” sapa gua santun. “Saya boleh tahu nggak ya, Devina kemana?”
“Hmm… kemaren sih dia bilang mau tunangan mas, di rumahnya…”
“APA?” gua tersentak.
----------------------
Gua gak percaya gua bisa sepanik itu. Buru-buru gua pergi ke Depok untuk menemui Devina. Dan yang terlintas di kepala adalah gua harus sekalian membuat Devina batal bertunangan dengan laki-laki yang tidak diketahui namanya. Siapa dia?
Gua berusaha mengingat-ingat di mana rumah Devina. Di sebuah komplek berportal besar. Dekat dengan pertokoan yang kecil-kecil. Belok ke kiri sedikit dan gua yakin itu rumahnya. Agak besar, berpagar hitam tinggi dan dihiasi bunga kertas melingkari. Tak ada tanda-tanda keramaian apalagi pesta. Sepi-sepi saja. Bahkan pintu gerbang terkunci.
Gua coba memanggil dengan kata ‘Asalamualaikum’ kencang-kencang. Tak ada respon. Gua gedor gerbangnya hingga gaduh. Tidak ada orang. Lalu tibalah seorang ibu-ibu yang keluar dari rumah sebelah, bertanya pada gua, “Cari siapa Mas?”