Mohon tunggu...
Mahendra
Mahendra Mohon Tunggu... Guru - Sejarah mengadili hukum dan ekonomi, sebab sejarah adalah takdir, di satu sisi. *blog: https://mahendros.wordpress.com/ *Twitter: @mahenunja *FB: Mahendra Ibn Muhammad Adam

Sejarah mengadili hukum dan ekonomi, sebab sejarah adalah takdir, di satu sisi. *blog: https://mahendros.wordpress.com/ *Twitter: @mahenunja *FB: Mahendra Ibn Muhammad Adam

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Indonesia 2035

31 Mei 2020   19:39 Diperbarui: 1 Juni 2020   08:05 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seperti apakah perubahan pada dekade mendatang? Sumber: dokumen pribadi

Pada 27 April 2020 diketahui dari Bupati Merangin dari rapat koordinasi dan evaluasi tim gugus tugas Covid-19 bahwa sebenarnya RSUD Kol Abundjani belum siap menjadi RSUD rujukan bagi pasien positif Covid-19. 

Hingga 27 April ketika pembatasan sosial telah berlangsung sebulan lebih atau 6 pekan, Pemda Merangin belum punya alat  swab/PCR sendiri. Pun kriteria pelayanan kesehatan belum memenuhi syarat untuk diberlakukannya new normal.

Per 26 April jumlah pasien positif 10. Hampir 4 pekan kemudian per 27 Mei menjadi 20 pasien positif, sembuh 3. Dua pekan terakhir buan Mei hampir berakhir namun tidak ada data dari Pemda Merangin versi web ketika dilacak ke meranginkab.go.id dan dinkesmerangin.org mengenai perkembangan per hari jumlah ODP, PDP dan pasien positif. 

Sehingga tidak diketahui berapa persen jumlah penurunan pasien positif apakah mencapai 50% atau lebih. Tidak pula diketahui apakah ada kenaikan jumah orang sembuh dan apakah ada kenaikan jumlah ODP dan PDP. Secara kriteria epidemiologi tidak memenuhi untuk diberlakukannya new normal.

Kriteria surveilans kesehatan masyarakat juga tidak terpenuhi untuk memberlakukan new normal di Merangin karena belum terbaca apakah ada peningkatan jumlah pemeriksaan spesimen atau belum terbaca apakah positivity rate lebih kec il dari 5% (apakah dari seluruh sampel itu yang positif hanya 5% atau tidak, ini belum diketahui juga). 

Kesimpulannya Pemda Merangin perlu menambah masa PSSB dan melengkapi data harian perkembangan pandemic ini. Bagaimana mungkin memberlakukan New Normal sedangkan criteria epediomologi, surveilans kesehatan masyarakat dan pelayanan kesehatan tidak memenuhi syarat diperparahlagi tidak ada data untuk mengkaji apakah layak untuk New Normal atau belum. 

Ketika basis data ini tidak juga dapat dituntaskan ketersediaan dan targetnya tidak tercapai maka perlu solusi lain yaitu terus menggalakkan kampanye, evaluasi dan di-follow-up berupa konsumsi makanan bergizi, olahraga yang teratur, istirahat yang cukup, jaga ibadah dan kebersihan, jaga jarak dan gunakan masker. 

Mau seperti apa lagi hingga 2 pekan ke depan masih juga tidak ada data harian tentang pandemic ini di Pemda Merangin dan situs websitenya? Maka jalan terakhirnya adalah memperkuat imun masyarakat dengan pola hidup bersih dan sehat sebab sistem imun manusia dapat mempelajari sendiri pathogen seperti virus yang menyerang tubuh Dan yang membentuk perangkat perlawanan yang terus berkembang dan beradaptasi sebagaimana virus juga beradaptasi dengan cepat, ini seperti dinyatakan oleh Lindsay B. Nicholson (2016) tentang sistem imun (kekebalan tubuh) manusia.

Pada tingkatan provinsi Jambi kriteria epidemiologi juga tidak terpenuhi, 82 positif, yang sembuh tidak mencapai 50% (hanya mencapai 15,5% = 15 orang). Pada tingkatan nasional hanya mencapai 25%  orang yang sembuh. 

Bila syarat yang disampaikan oleh Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Covid-19 Professor Wiku Adisasmito ini ketat, diperkirakan PSSB akan diperpanjang hingga pertengahan Juni kecuali di Aceh karena terkategori zona kuning menurut Gugus Tugas Covid-19. 

Maka pelajar diperkirakan juga akan menggunakan metode online dalam pembelajarannya dua pekan ke depan.

Indonesia yang secara geografi 15 persen desa/kelurahannya berada  di tepi laut (12.857 desa/kelurahan) dan sisanya 71.074 desa/kelurahan (BPS, 2018) hingga tahun 2035  atau dua dekade ke depan diprediksi mengalami perubahan sedikit atau banyak.

Persentase penduduk yang mengalami keluhan kesehatan selama sebulan terakhir berkisar di antara 24,41 - 33,68 persen (tahun 2002-2018). Persentase penduduk yang mengobati sendiri berkisar di antara 63,77 hingga 70,74 (tahun 2016-2018). 

Namun bila dihitung sejak tahun 1999 hingga 2018, persentase penduduk yang mengobati sendiri berkisar di antara 58,78 hingga 72,44 persen.

Persentase merokok pada penduduk usia 15 tahun ke atas berkisar di antara 24,38 persen hingga 30,08 persen (tahun 2015-2018).

Angka kelahiran total Indonesia per seribu penduduk dalam satu tahun adalah 2,4 (tahun 2017). Berarti satu kelahiran setiap lima ratus penduduk Indonesia. 

Sedangkan angka kematian neonatal dan bayi per seribu kelahiran dalam satu tahun adalah 16 di perkotaan dan 15 di perdesaan (tahun 2017). Itu berarti satu  kematian dari tiga puluh tiga yang lahir. Berarti angka lahir bayi lebih tinggi daripada angka kematian bayi.

Pandemic Covid-19 tentu mengajarkan kita untuk perilaku sehat. Keluhan kesehatan akan berkurang namun persentasenya belum tentu berkurang karena masyarakat menerapkan pola hidup sehat dengan olahraga dan menghindari rokok meskipun jumlah penduduk diprediksi meningkat setiap tahun karena data di atas menunjukkan angka lahir lebih tinggi dari angka kematian bayi.

Rata-rata lamanya anak 2-4 tahun mendapat ASI  berkisar di antara 19,39 bulan hingga 10,41 bulan (tahun 1995-2017). Tahun-tahun kedepan pemberian ASI selain kara memiliki faktor imun juga karena faktor wabah ini bangs akan lebih perhatian pada ASI.

Kepedulian akan kebersihan dan kesehatan pun meningkat baik skala pribadi maupun populasi ditambah lagi kita mengetahui bahwa tingkat kepuasan hidup (tahun 2014) terhadap kesehatan, pendidikan, keharmonisan keluarga, ketersediaan waktu luang, hubungan sosial, keadaan lingkungan, kondisi keamanan, pekerjaan, pendapatan rumah tangga, dan kondisi aset rumah secara berurutan 69,72; 58,28; 78,89; 71,74; 74,29; 74,86; 76,63; 67,08; 63,09; 65,01. Semua indicator tersebut rata-rata 69,9. 

Dalam dua indikator tingkat kepuasan hidup adalah hubungan sosial dan kondisi keamanaan yang angkanya saya nilai cukup bagus. Dalam situasi pandemic hubungan antar tetangga akan diuji mana yang empati dan mana yang cuek.

Perilaku bersih dan sehat juga beberapa tahun ke depan akan meningkat seiring dengan meningkatnya indeks kebahagiaan Indonesia. Pada tahun 2014 indeks kebahagiaan 68,28 dan meningkat menjadi 70,69 pada tahun 2017. Indeks kebahagiaan menurut klasifikasi wilayah sejak tahun 2013, 2014 dan 2017 secara berurutan di perdesaan 64,32; 66,95; 69,57 sedangkan di perkotaan 65,92; 69,62; 71,64. 

Ditambah lagi dengan statistic perbandingan antara tahun 2014 dan 2017 Indeks kebahagiaan menurut kelompok umur 17-24 adalah 68,73 meningkat menjadi 71,29. Kelompok umur 25-40 adalah 68,76 meningkat menjadi 71,13. Kelompok umur 41-64 adalah 68,37 meningkat menajdi 70,69. Kelompok umur 64 tahun ke atas adalah 66,24 meningkat menjadi 69,18. Dibandingkan dengan tahun 2013 semua kelompok umur juga meningkat indeksnya sebesar 3 satuan.

Fasilitas cuci tangan dan sabun akan meningkat jumlahnya, diketahui bahwa proporsi populasi yang memiliki fasilitas cuci tangan dengan sabun dan air secara nasional berkisar di antara 66,28 persen hingga 78,87 persen (tahun 2016-2019).

Penduduk juga akan mengurangi emisi dengan menghemat penggunaan kendaraan bermotor atau menahan diri untuk membeli kendaraan bermotor, pola hidup sehat dengan jalan kaki dan bersepada akan meningkat. Sehubungan dengan itu data mendasar perlu kita ketahui. Diketahui bahwa Persentase rumah tangga dan kepemilikan kendaraan bermotor sepeda motor 62,21 persen, perahu motor 0,47 persen, mobil  0,76 persen, tidak memiliki kendaraan bermotor 27,59 (2014).

Penghematan listrik dan energy lainnya akan meningkat pula beberapa tahun ke depan. Diketahui bahwa Persentase  rumah tangga dengan sumber penerangan listrik PLN 94,93 persen, listrik non PLN 2,69 persen, bukan listrik 2,38 persen (tahun 2016). Karena pesentase penerangn listrik PLN mencapai 94,93 persen beberapa tahun ke depan akan terjadinya program belajar sekolah yang dibina guru sepaket dengan belajar di rumah yang dipantau orang tua. Akan terjadi keseimbangan dan peran orang tua akan lebih meningkat tidak sekedar menitipkan ppembinaan akhlak di sekolah tapi ikut bertanggung jawab membimbing akhlak di rumah baik secara langsung maupun online y CVang suplai energinya dari listrik.

Ke depannya saya ulangi diprediksi akan ada bentuk-bentuk penghematan untuk menghadapi situasi duka maupun suka, penggunaan gas akan diperhemat atau mungkin dikombinasikan dengan kayu yang dahulunya (20 tahun yang lalu) 43,23 persen rumah tangga menggunakannya. 

Menurut data BPS tahun 2016 persentase rumah tangga dengan bahan bakar utama memasak dengan listrik 0,85 persen, gas/elpiji 2,38 persen, minyak tanah 3,78 persen, arang/briket 0,19 persen, kayu 21,57 persen, lainnya 1,24 persen. 

Sangat berbeda pada tahun 2001, listrik 2,92 persen, gas/elpiji 8,2 persen, minyak tanah 44,10 persen, arang/briket 0,27 persen, kayu 43,23 persen, lainnya 1,26 persen.

Soal keamanan ditinjau dari risiko penduduk terkena tindak pidana per 100.000 penduduk secara rata-rata di Indonesia dari tahun 2000 hingga 2018 atau selama 19 tahun adalah 84; 89; 88; 93; 104; 121; 131; 145; 141; 141; 142; 149; 146; 140; 131; 140; 140; 129; 113. Jika di rata-ratakan selama 19 tahun, 124 penduduk kena tindak pidana setiap 100.000 penduduk, ini berarti satu dari seribu orang terkena tindak pidana. 

Ditambah dengan data selang waktu terjadinya  tindak pidana (crime clock) menurut kepolisian daerah secara rata-rata di Indonesia 1 menit 47 detik pada tahun 2018, 1 menit 35 detik pada tahun 2010 dan 3 menit 2 detik pada 20 tahun yang lalu yaitu tahun 2000 (Provinsi Bengkulu hampir konsisten sebagai daerah paling aman sejak tahun 2000). 

Jumlah pelaporan ke kepolisian beberapa tahun ke depan diperkirakan akan meningkat mengingat proporsi korban kejahatan dalam 12 bulan terakhir yang melaporkan kepada polisi sejak tahun 2012 hingga 2018 terus meningkat secara berurut (satuan persen) yaitu 14,33; 23,07; 26,28; 18,73; 18,90; 46,37; 46,40. 

Karena sistem pembinaan di lembaga pemasyarakatan (rumah tahanan) tidak menghasilkan secara maksimal kesadaran, taubat dan perbaikan yang mengurangi angka kriminalitas, saya mengutip perluasan makna dari kajian Jonru Ginting (2020) pada status twitternya.

Di sisi lain, ditinjau dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang  menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh pendpatan, kesehatan dan pendidikan. 

IPM ini didasari  tiga faktor yaitu umur pajang dan sehat, pengetahuan serta standar hidup layak, ini menjadi indicator penting untuk mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup penduduk dan menjadi alokator penentuan  Dana alokasi Umum berdasarkan peringkat provinsi. 

IPM secara rata-rata se-Indonesia  sejak 2010 hingga 2019 adalah 66,53; 67,09; 67,70; 68,31; 68,90; 69,55; 70,18; 70,81; 71,39; 71,92. Ini menunjukkan cukup bagus dan diprediksi akan meningkat seiring faktor kesehatan masyarakat akan meningkat.

Beberapa tahun ke depan pengeluaran dan kebutuhan akan terus diadaptasikan karena masyarakat semakin belajar untuk hemat apalagi selama hampir tiga bulan atau lebih mereka menjalani PSSB. Sebagai gambaran sedikit, pengeluaran per kapita Indonesia secara rata-rata 2002 hinga 2013 terus meningkat dari Rp 591.200 hingga Rp 643.360. 

Rata-rata pengeluaran (makanan dan non makanan) sebulan per kapita di desa dan kota se-Indonesia adalah Rp 1.124.717 (BPS, 2018) di mana pengeluaran sektor makanan Rp 556.899 dan non makanan Rp 567.818. Pengeluaran yang relative cukup sesuai kebutuhan makan siang dan malam sebulan.

Beberapa tahun ke depan juga akan mengubah perilaku konsumsi bangsa ini yang lebih mengutamakan kebutuhan daripada keinginan. Konsumsi yang bergizi akan terus dipertahankan atau malah meningkat. Berdasarkan data konsumsi karbohidrat dan protein bangsa Indonesia tergolong mencukupi. Konsumsi kalori dan protein harian seorang penduduk Indonesia masih tergolong normal secara individu 2.147,09 kilo kalori dan protein 62,19 gram (BPS, 2018). 

Ditinjau dari kecukupan air juga bagus, menurut data persentase rumah tangga  menurut provinsi dan sumber air minum layak secara rata-rata se-Indonesia hampir konsisten meningkat sejak 1993 (37,73 persen) menjadi  89,27 persen di tahun 2019.

Pengeluaran dengan iringan indeks kebahagiaan dan angka harapan hidup Indonesia semakin memperjelas prediksi akan kualitas kehidupan yang lebih baik di beberapa tahun mendatang. 

Saat ini data yang berhasil kami dapati, angka harapan hidup Indonesia lima tahunan sejak  1995 hingga 2015 berada di angka  66,0; 67,8; 69,1; 70,1 yang saya piker itu cukup bagus meskipun masih di bawah peringkat Singapura 77,7; 79,2; 81,2; 82,2 kemudian Vietnam 73,0; 74,4; 75,1; 75,9 kemudian Malaysia 72,3; 73,3; 74,0; 74,9 dan Thailand  70,6; 71,5; 73,3; 74,3.

Jumlah penduduk miskin perkotaan tahun 2019 adalah 9.857.750 sedangkan perdesaan 24.785.870 jiwa. Garis kemiskinan 2012 adalah Rp 259.520 dengan jumlah penduduk miskin 28.594.600 jiwa (Ada perbedaan jumlah miskin karena beda tahun). 

Kemiskinan tampaknya menjadi problem yang berlanjut karena potensi zakat mal dan zakat fitrah belum dioptimalkan dari muslim Indonesia yang persentase populasinya lebih dari 80 persen. 

Dengan kondisi pandemic ini banyak muncul kepahlawanan bangsa yaitu banyaknya relawan yang tampak maupun relawan rahasia yang membantu seperti pembentukan gugus tugas covid19 di tingkat desa. Jiwa bangsa secara mendalam adalah kepahlawanan, pengorbanan dan menolong yang lemah. 

Maka sebaiknya zakat dioptimalkan untuk menyelesaikan terlebih dahulu 80 persen populasi penduduk Indonesia (mereka adalah muslim). Menyelesaikan yang 80 persen ini sama dengan menyelesaikan masalah negara hampir secara keseluruhan. Sisanya yang 20 persen perlahan akan juga mengatasi kemiskinan lewat sistem gotong royong.

Di Indonesia sekitar 10 persen penduduknya adalah golongan miskin maka bila kita hitung-hitung saja, bisa dibantu dengan zakat yang potensinya 233,8 Trilun rupiah.

Sehingga masing-masing individu mendapat 300-750 ribu rupiah untuk 1 bulan atau 4 sampai 9 juta rupiah per tahun. Ini satu solusi bila pemerintah terpaksa melakukan lockdown parsial.

Perubahan juga diprediksi terjadi pada pekerjaan, penduduk akan lebih banyak berbisnis dari pada pengharapan pekerjaan pada non bisnis, selain karena pandangan terhadap banyaknya perdagangan dibanding dengan pekerjaan lainnya juga karena pembinaan dari para ahli entrepreneur tentang giat berbisnis apalagi di era globaliasi ini dengan mudah orang akan mengetahui seluk beluk ekonomi termasuk neraca perdagangan, Indonesia (ekspor-impor) pada tahun 2014 minus atau deficit sebesar 1,886 M dolar AS. 

Berbeda dengan singapura surplus US$ 43,552 M, Malaysia US$ 25,265 M, dan Vietnam US$ 795 juta. 

Sedangkan Cina dan Jerman selalu surplus sejak 2000 hingga 2013 (data 2014 di BPS belum ada). 

Rusia surplus sejak 2004 hingga 2014. 

Arab  Saudi dan Kuwait surplus sejak 2004-2013. 

Mesir minus sejak 2004-2013. 

AS, Inggris, Perancis selalu minus sejak 2000 hingga 2014. 

India minus hingga 2013 (data 2014 belum ada). 

Singapura surplus hingga 2014. 

Jepang minus pada tahun 2011-2014. 

Korea Selatan surplus hingga 2014 kecuali di tahun 2008. 

Vietnam minus sejak 2004-2011 dan selalu suplus 2012-2014. 

Brazil 2004-2012 surplus kemudian 2013-2014 minus. 

Pada 2013 Cina membukukan profit US$ 259,8 M, Jerman US$258,8 M, Rusia US$212,29 M, Arab Saudi US$212,03 M, Kuwait US$85,5 M, Singapura US$37 M. 

Sedangkan AS minus sebesar US$750 M, inggris US$168 M, India US$150 M, Perancis US$103 M, Indonesia US$ 4 M. 

Pada tahun 2020 terhitung bulan April neraca perdagangan Cina surplus US$ 453,39 M.  

Indonesia sejak 2000 hingga 2011 suprlus kemudian sejak 2012-2014 selalu minus (hitungan tahunan). 

Sayangnya saya belum ketemu data praktis tahun 2015 hingga 2019.

Indonesia mengalami deficit pada bulan April 2020 sebesar US$ 344,8 Juta karena impor barang konsumsi. Sebelumnya Maret surplus US$ 715,8 Juta karena ekspor non migas. Namun diakumulasi sejak Januari 2020 Indonesia masih surplus US$ 2,25 M.

Ini penanda bahwa dalam satu kegiatan ekonomi kita bangsa Indonesia masih bisa survive di tengah pandemic Covid19.

Surplus ini penting bagi pedagang dalam skala individu maupun skala negara karena menentukan kesanggupannya untuk menolong kalangan ekonomi ke bawah demi terciptanya kesejahteraan atau keadilan sosial yang dalam Islam termasuk kewajiban, yang dalam kebangsaan termasuk etika bisnis. 

Saya meyakini akan terus bergaung di tengah masyarakat maupun institusi pendidikan tentang menggalakkan sisi entrepreneur beberapa tahun mendatang untuk menyongsong proyeksi penduduk Indonesia yang berjumlah 350 juta jiwa pada tahun 2035.

Tahun 2019 dan 2020 ini menjadi pelajaran berharga buat bangsa Indonesia khususnya pada bulan September 2019 dengan adanya kabut asap yang mengancam kesehatan bangsa dan diteruskan pada Maret 2020 pandemi covid19. Jika bangsa tidak benar-benar belajar maka mereka benar-benar meninggalkan hikmah yang sangat besar.

Isu radikal terorisme tenggelam, yang sebenarnya isu ini menjebak satu kelompok dan antitesa dari tema persatuan. Isu persatuan menguat karena pandemic ini bicara keselamatan nyawa jutaan orang. Dengan pandemic ini menguji kualitas pemimpin negara, pemimpin daerah, pemimpin organisasi, pemimpin kelompok, hingga ketua RT dan kepala keluarga. 

Dengan pandemic ini menguji tetangga mana yang empati, mana yang cuek. Dengan pandemic ini kembali vitalisasi lingkungan hijau karena ramah lingkungan mengurangi polusi. Dengan pandemic ini bekerja di rumah menjadi tren beberapa bulan, dan ke depan dipredisksin menginspirasi pertanian, perikanan dan peternakan di rumah yang mengefisiensikan lahan kecil. 

Dengan pandemic ini tingkat literasi meningkat karena penasaran terhadap gejala, pencegahan dan pengobatan baik tradisional maupun modern. Dengan Pandemi ini intensitas tatap muka, tatap mata antar anggota keluarga meningkat mengimbangi tatap mata terhadap layar smartphone dan media sosial online sehingga anggota keluarga makin akrab baik ketika suka maupun duka.

Dengan pandemic ini kebersihan dan kesehatan makin diprioritaskan, seperti mandi lebih bersih dan tekun olehraga serta makan yang halal dan bergizi hingga sangat memperhatikan kebersihan alat masak, makanan, pakaian dan barang lainnya yang dahulunya sempat jarang bersih. Dengan pandemic ini memperluas sosilisasi antar tetangga. 

Dengan pandemic ini seminar online dan belajar online menjadi media yang tidak diremehkan dan  cukup menggeser kebodohan di bidang agama, ideologi, politik,ekonomi,  hukum, dan kemananan. Dengan pandemic ini lebih banyak waktu untuk tafakur jiwa dan alam sekitar menuju penggalian tanda-tanda kebesaran Tuhan.

Sehingga jika tak mendapat hikmah ia seburuk-buruk hadiah yaitu usia tua tapi kekanak-kanakan, tak mendewasa dan tak bijak paripurna. Dengan pandemic ini orang tua setidaknya mengetahui seperti apa susahnya menjadi guru.

Guru mengetahui seperti apa besarnya manfaat mencerdaskan anak bangsa. Murid yang pandai dan berakhlak dapat mengetahui seperti apa sebenarnya pengetahuan itu berjenjang seperti tangga yang menuju pada kebajikan paripurna, menguasai dunia dengan ilmu, selamat akhirat juga dengan ilmu. 

Segala profesi gara-gara pandemic ini dilatih untuk sabar dalam kerja sama, sabar mengingatkan, sabar dalam pencegahan, sabar dalam pengobatan, sabar dalam pengendalian wabah, sabar jika tertipu, sabar sabar dan sabar dan semua jenis sabar lainnya meningkatkan kelas kejiwaan setiap orang yang mau mengambil pelajaran.

Kita pun dibuat menggali nilai-nilai Pancasila sengaja atau tidak. 

Pertama kedekatan dengan Tuhan lebih meningkat. 

Kedua, solidaritas kemanusiaan meningkat tanpa pandang suku dan agama. 

Ketiga, persatuan meningkat.

keempat pengkajian antar ahli ilmu, teologi (fiqih dan lainnya), virology, ekonomi, geologi, dan ragam cabang ilmu lainnya terlatih untuk belajar mengurangi egois dan belajar sampai pada bijak dan mufakat. 

Kelima, kesejahteraan dipersiapkan untuk situasi suka maupun duka di mana yang berlebih ekonominya sadar dan saling kerjasama dengan yang berkekurangan ekonominya. 

Itulah Pancasila, sengaja maupun tak sengaja bagian dari hidup bangsa ini, penduduknya terbesar ke empat secara global dan potensinya sebagai kualitas terbesar keempat dalam percaturan dunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun