Di sisi lain, ditinjau dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang  menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh pendpatan, kesehatan dan pendidikan.Â
IPM ini didasari  tiga faktor yaitu umur pajang dan sehat, pengetahuan serta standar hidup layak, ini menjadi indicator penting untuk mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup penduduk dan menjadi alokator penentuan  Dana alokasi Umum berdasarkan peringkat provinsi.Â
IPM secara rata-rata se-Indonesia  sejak 2010 hingga 2019 adalah 66,53; 67,09; 67,70; 68,31; 68,90; 69,55; 70,18; 70,81; 71,39; 71,92. Ini menunjukkan cukup bagus dan diprediksi akan meningkat seiring faktor kesehatan masyarakat akan meningkat.
Beberapa tahun ke depan pengeluaran dan kebutuhan akan terus diadaptasikan karena masyarakat semakin belajar untuk hemat apalagi selama hampir tiga bulan atau lebih mereka menjalani PSSB. Sebagai gambaran sedikit, pengeluaran per kapita Indonesia secara rata-rata 2002 hinga 2013 terus meningkat dari Rp 591.200 hingga Rp 643.360.Â
Rata-rata pengeluaran (makanan dan non makanan) sebulan per kapita di desa dan kota se-Indonesia adalah Rp 1.124.717 (BPS, 2018) di mana pengeluaran sektor makanan Rp 556.899 dan non makanan Rp 567.818. Pengeluaran yang relative cukup sesuai kebutuhan makan siang dan malam sebulan.
Beberapa tahun ke depan juga akan mengubah perilaku konsumsi bangsa ini yang lebih mengutamakan kebutuhan daripada keinginan. Konsumsi yang bergizi akan terus dipertahankan atau malah meningkat. Berdasarkan data konsumsi karbohidrat dan protein bangsa Indonesia tergolong mencukupi. Konsumsi kalori dan protein harian seorang penduduk Indonesia masih tergolong normal secara individu 2.147,09 kilo kalori dan protein 62,19 gram (BPS, 2018).Â
Ditinjau dari kecukupan air juga bagus, menurut data persentase rumah tangga  menurut provinsi dan sumber air minum layak secara rata-rata se-Indonesia hampir konsisten meningkat sejak 1993 (37,73 persen) menjadi  89,27 persen di tahun 2019.
Pengeluaran dengan iringan indeks kebahagiaan dan angka harapan hidup Indonesia semakin memperjelas prediksi akan kualitas kehidupan yang lebih baik di beberapa tahun mendatang.Â
Saat ini data yang berhasil kami dapati, angka harapan hidup Indonesia lima tahunan sejak  1995 hingga 2015 berada di angka  66,0; 67,8; 69,1; 70,1 yang saya piker itu cukup bagus meskipun masih di bawah peringkat Singapura 77,7; 79,2; 81,2; 82,2 kemudian Vietnam 73,0; 74,4; 75,1; 75,9 kemudian Malaysia 72,3; 73,3; 74,0; 74,9 dan Thailand  70,6; 71,5; 73,3; 74,3.
Jumlah penduduk miskin perkotaan tahun 2019 adalah 9.857.750 sedangkan perdesaan 24.785.870 jiwa. Garis kemiskinan 2012 adalah Rp 259.520 dengan jumlah penduduk miskin 28.594.600 jiwa (Ada perbedaan jumlah miskin karena beda tahun).Â
Kemiskinan tampaknya menjadi problem yang berlanjut karena potensi zakat mal dan zakat fitrah belum dioptimalkan dari muslim Indonesia yang persentase populasinya lebih dari 80 persen.Â