Ditambah lagi dengan statistic perbandingan antara tahun 2014 dan 2017 Indeks kebahagiaan menurut kelompok umur 17-24 adalah 68,73 meningkat menjadi 71,29. Kelompok umur 25-40 adalah 68,76 meningkat menjadi 71,13. Kelompok umur 41-64 adalah 68,37 meningkat menajdi 70,69. Kelompok umur 64 tahun ke atas adalah 66,24 meningkat menjadi 69,18. Dibandingkan dengan tahun 2013 semua kelompok umur juga meningkat indeksnya sebesar 3 satuan.
Fasilitas cuci tangan dan sabun akan meningkat jumlahnya, diketahui bahwa proporsi populasi yang memiliki fasilitas cuci tangan dengan sabun dan air secara nasional berkisar di antara 66,28 persen hingga 78,87 persen (tahun 2016-2019).
Penduduk juga akan mengurangi emisi dengan menghemat penggunaan kendaraan bermotor atau menahan diri untuk membeli kendaraan bermotor, pola hidup sehat dengan jalan kaki dan bersepada akan meningkat. Sehubungan dengan itu data mendasar perlu kita ketahui. Diketahui bahwa Persentase rumah tangga dan kepemilikan kendaraan bermotor sepeda motor 62,21 persen, perahu motor 0,47 persen, mobil  0,76 persen, tidak memiliki kendaraan bermotor 27,59 (2014).
Penghematan listrik dan energy lainnya akan meningkat pula beberapa tahun ke depan. Diketahui bahwa Persentase  rumah tangga dengan sumber penerangan listrik PLN 94,93 persen, listrik non PLN 2,69 persen, bukan listrik 2,38 persen (tahun 2016). Karena pesentase penerangn listrik PLN mencapai 94,93 persen beberapa tahun ke depan akan terjadinya program belajar sekolah yang dibina guru sepaket dengan belajar di rumah yang dipantau orang tua. Akan terjadi keseimbangan dan peran orang tua akan lebih meningkat tidak sekedar menitipkan ppembinaan akhlak di sekolah tapi ikut bertanggung jawab membimbing akhlak di rumah baik secara langsung maupun online y CVang suplai energinya dari listrik.
Ke depannya saya ulangi diprediksi akan ada bentuk-bentuk penghematan untuk menghadapi situasi duka maupun suka, penggunaan gas akan diperhemat atau mungkin dikombinasikan dengan kayu yang dahulunya (20 tahun yang lalu) 43,23 persen rumah tangga menggunakannya.Â
Menurut data BPS tahun 2016 persentase rumah tangga dengan bahan bakar utama memasak dengan listrik 0,85 persen, gas/elpiji 2,38 persen, minyak tanah 3,78 persen, arang/briket 0,19 persen, kayu 21,57 persen, lainnya 1,24 persen.Â
Sangat berbeda pada tahun 2001, listrik 2,92 persen, gas/elpiji 8,2 persen, minyak tanah 44,10 persen, arang/briket 0,27 persen, kayu 43,23 persen, lainnya 1,26 persen.
Soal keamanan ditinjau dari risiko penduduk terkena tindak pidana per 100.000 penduduk secara rata-rata di Indonesia dari tahun 2000 hingga 2018 atau selama 19 tahun adalah 84; 89; 88; 93; 104; 121; 131; 145; 141; 141; 142; 149; 146; 140; 131; 140; 140; 129; 113. Jika di rata-ratakan selama 19 tahun, 124 penduduk kena tindak pidana setiap 100.000 penduduk, ini berarti satu dari seribu orang terkena tindak pidana.Â
Ditambah dengan data selang waktu terjadinya  tindak pidana (crime clock) menurut kepolisian daerah secara rata-rata di Indonesia 1 menit 47 detik pada tahun 2018, 1 menit 35 detik pada tahun 2010 dan 3 menit 2 detik pada 20 tahun yang lalu yaitu tahun 2000 (Provinsi Bengkulu hampir konsisten sebagai daerah paling aman sejak tahun 2000).Â
Jumlah pelaporan ke kepolisian beberapa tahun ke depan diperkirakan akan meningkat mengingat proporsi korban kejahatan dalam 12 bulan terakhir yang melaporkan kepada polisi sejak tahun 2012 hingga 2018 terus meningkat secara berurut (satuan persen) yaitu 14,33; 23,07; 26,28; 18,73; 18,90; 46,37; 46,40.Â
Karena sistem pembinaan di lembaga pemasyarakatan (rumah tahanan) tidak menghasilkan secara maksimal kesadaran, taubat dan perbaikan yang mengurangi angka kriminalitas, saya mengutip perluasan makna dari kajian Jonru Ginting (2020) pada status twitternya.