"Leganya hati. Terimakasih JNE, meskipun sekarang masih pandemi, kesempatanku untuk berbagi dan merawat harapan bisa tetap kujalankan," pikirku sambil tersenyum.
Bulan november tiba. Selesai sudah pengabdianku sebagai pemimpin di organisasi ini. Kabar baiknya adalah, Fira yang akan memimpin perjuangan memajukan Lembaga Pers Mahasiswa fakultasku pada tahun 2021.
Serah terima jabatan tinggal menghitung hari. Sebenarnya aku ingin sekali memberi selempang kebanggan bertulis "Pemimpin Umum" yang setahun lalu menggantung di pundakku itu. Tapi pandemi yang tak kunjung reda ini menggugurkan mimpiku. Akhirnya, JNE kupercaya kembali untuk mengirimkan selempang tersebut.
"Kak, selempang dan surat yang kakak tulis sudah tiba. Aku mau nangis tau gak sih kak, ha ha ha. Aku masih gak nyangka bisa sampai di tahap ini. Dengan hadirnya pandemi ini tadinya aku sudah mempertanyakan kemampuanku untuk bertahan menjadi jurnalis mahasiswa, tapi ternyata teman-teman masih percaya sama aku. Terimakasih sekali lagi atas bimbingannya kak." Tulisnya bahagia.
"Amin kak," tutupnya.
Sehari kemudian, sampailah hari dimana Fira akan dilantik untuk menempati posisi yang dia idamkan sejak pertama kali mendaftar di organisasi ini. Suasana terasa begitu syahdu. Tak terasa aku hanyut, dibawa pergi kenangan dan perasaan.
Aku tidak ingat jam berapa dia dilantik. Aku bahkan juga tidak ingat sumpah yang dia ucapkan saat pelantikan. Satu-satunya yang kuingat adalah ada seorang pendaftar organisasi kami dua tahun lalu menulis dua kata di curiculum vitae bagian cita-citanya, yaitu, "Menjadi Wartawan".
Dari sini aku belajar dua hal tentang kebahagiaan. Pertama, bahwa berbagi kebahagiaan bukan cuma tentang memberi, tapi juga mempertemukan dua asa. Tanpa harapan hidup tidak akan bermakna, tanpa adanya pertemuan kedua harapan segala peristiwa kosong. Â
Diibaratkan anak yatim piatu mengharap ada orang yang membantunya dan seseorang berharap dirinya bisa membantu orang lain. Tanpa harapan, orang itu tidak akan ikhlas menyantuni si anak. Tanpa harapan pula, anak itu pun tak akan senang menerima santunan. Namun, bila keduanya menyimpan pengharapan, akan ada tempat untuk kebahagiaan.
Kedua, cepat atau lambat kebahagiaan pasti akan datang. Dia tidak akan salah alamat. Selama ini aku menantikan si 'pembawa kebahagiaan' di organisasiku, sosok bersemangat dan tekun dalam berproses. Dalam penantian juga Fira mengharapkan ada orang yang bisa memfasilitasi ia untuk semakin dekat dengan mimpinya, menjadi seorang wartawan.