Mohon tunggu...
Pascalis Muritegar EmbuWorho
Pascalis Muritegar EmbuWorho Mohon Tunggu... Lainnya - Thinking Creature

Menulis adalah Senjata.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Merawat Asa Si Pembawa Bahagia

31 Desember 2020   12:33 Diperbarui: 31 Desember 2020   13:12 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku Perawat Asa Si Pembawa Bahagia | dokpri

Wawancara selesai, menjelang malam aku tidak langsung pulang. Kuarahkan tubuhku yang sudah lelah ini ke ruang basecamp organisasi kami. Setelah kulepas sepatu, tumpukan berkas yang berserakan di lantai langsung keserbu.

"Ah, ketemu! Ini berkasnya Fira," ujarku dalam hati.

Baru kuingat, ternyata esai buatan anak ini yang sangat aku kagumi kemarin ketika seleksi berkas. Bukan main, bahasanya baku, mengalir, bernas. Kulihat potensi besar ada dalam dirinya.

Belum selesai sampai di situ, kuserbu curiculum vitae yang ia kumpulkan pada kami. Secara riwayat hidup nampaknya tidak ada yang spesial, hanya lulusan SMA biasa yang sudah sibuk berorganisasi sejak dulu. Tapi tunggu, sampailah mataku pada bagian cita-cita.

"Aku paham sekarang alasan kenapa dia mendaftar ke organisasi ini. Salah besar! Salah besar kalau anak seperti ini tidak diterima," kataku sembari melangkah keluar ruangan.

Si Pembawa Bahagia

Waktu berlalu, aku terpilih menjadi ketua Lembaga Pers Mahasiswa fakultas. Bagaimana dengan Fira? Anak itu sekarang menjadi Pemimpin Redaksi, orang terdepan yang bertanggungjawab atas berbagai produk jurnalistik lembaga persku.

Tak lama berselang, dunia digemparkan dengan virus corona. Maret 2020 COVID-19 ditetapkan sebagai bencana nasional Indonesia. Beberapa hari kemudian aku dipanggil untuk rapat bersama dekan.

Sial, mimpi buruk itu datang. Ucapan dekan bahwa seluruh kegiatan akan dilakukan secara daring tidak berhenti membuatku berpikir, bahkan sampai acara selesai. Aku menggerutu, "Kenapa harus kepengurusanku? Bagaimana kalau aku dianggap pemimpin gagal karena kondisi seperti ini?"

Semangatku patah, idealismeku seketika hilang. Harapan-harapanku tentang Lembaga Pers Mahasiswa ini aku buang di sepanjang perjalananku pulang ke Yogyakarta. Dengan berat hasil rapat itu kusebarkan di grup organisasi.

Beberapa saat kemudian handphone-ku berdering, Fira mengirimkan pesan kepadaku. "Maaf ganggu kak, Fira tahu ini masa yang sulit bagi kakak dan ketua-ketua organisasi yang lain. Fira cuma mau bilang kalau aku siap bantu kakak kalau dibutuhkan. Udah itu aja kak, wkwk. selamat melanjutkan aktifitas lagi," tulisnya dalam pesan singkat itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun