Apakah IC sinetron berkualitas? Debatable, rating dan share audience memang bukan indicator yang tepat yang bisa digunakan, karena faktor tersebut merupakan pengukuran kuantitas jumlah penonton dan tidak menggambarkan kualitas tayangan  (Bintang, 13/9/2011; Ombrill, 2013). Â
Dalam ilmu politik ada adagium 'vox populi vox dei' suara rakyat adalah suara Tuhan, kebenaran diukur oleh mayoritas. Berbeda dengan dunia politik, penonton bukan voters yang harus diiming-imingi suap-sogok-serangan fajar untuk memilih kandidat tertentu.Â
Penonton sinetron adalah masyarakat jujur dan awam yang pasti tidak aware atas standar teknis pembuatan film dengan kriteria: Penyutradaan, Editing, Sinematografi dan scenario. Apabila mereka fall in love terhadap satu tayangan diantara sekian banyak tayangan, maka tayangan tersebut adalah pilihan terbaik. Apabila melihat pencapaian IC sejauh ini, I do believe, IC menggunakan standar teknis ini ketika berproses.
 Lesson Learned
 Keberhasilan IC setidaknya memberikan pelajaran berharga bagi entitas entertainment dan publik di Indonesia
- Pangsa pasar sinetron di dalam negeri masih sangat lebar, oleh karena itu manajemen/pemilik modal dapat membuat tayangan yang komersil sekaligus memenuhi standar berkesenian yang baik. Para pebisnis dunia hiburan pe TV-an tidak hanya berjiwa Profit oriented namun sekaligus memiliki tanggungjawab moral mengingat tayangan mampu mempengaruhi perilaku penonton. Pelajaran penting bagi pemilik modal untuk membuat tayangan yang komersial tapi tidak ngasal. Â Jika film dibuat dengan bagus, tentu banyak yang menonton. Namun jika film dibuat dengan jelek, uang habis dan dosa justru bertambah (Deddy Mizwar, 2019)[15].
- Sinetron dijadikan ajang bagi para sineas untuk melakukan proses kreatif sesuai dengan pakem berkesenian  Â
- IC memberi pelajaran penting bagi pemain sinetron berwajah kinyis-kinyis, berpenampilan kece badai untuk kembali belajar seni peran. Begitu juga bagi pemain IC yang masih belum mampu berperan secara maksimal, jadikan IC sebagai ajang untuk belajar, bermain sinetron bukan hanya untuk menambah pundi-pundi, jadikan IC Â sebagai sekolah untuk melangkah lebih jauh.
- Manajemen-seniman harus mengetahui titik jenuh dimana plot sempalan tidak dapat digunakan untuk memperpanjang episode, enough is enough. Ketika IC memberi contoh dengan meraih penonton setinggi ini, maka  IC juga harus memberi contoh untuk berhenti pada saat berada di peak level, titik klimaks.
- IC juga memberi pelajaran berharga untuk penonton, agar meningkatkan kesabaran dan tidak mengernyitkan dahi, apalagi lempar barang, Â ketika adegan terpotong iklan sisipan ataupun jeda iklan pariwara yang begitu panjang. Iklan yang menghidupi stasiun TV untuk bisa terus berproduksi dan membayar para pemain. Tayangan gratis dibayar dengan kesabaran.
 *) Penonton Ikatan Cinta yang bekerja sebagai Pengajar di PTN
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H