Mohon tunggu...
Elizabeth MeylianaTambunan
Elizabeth MeylianaTambunan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi UAJY 2022

Beyond Imagination

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Industri Film Prancis dalam Gelanggang Dunia Global

18 September 2024   18:21 Diperbarui: 18 September 2024   18:27 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi industri film Prancis. Foto: iStock/ke77kz.

Film
Film "Under Paris". Foto: IMDb.

Tak lama setelah perilisannya, ajang Olympics 2024 digelar di Paris dan memunculkan banyak komentar soal sungai Seine. Selain komentar soal kualitas airnya yang belum memadai, muncul juga komentar gurauan soal adanya hiu di bawah sungai Seine, efek menonton “Under Paris”.

Kelebihan dan Kelemahan

Industri film Prancis memiliki sejarah yang panjang dan kaya, melahirkan banyak karya klasik yang diakui dunia. Sineas legendaris seperti Jean-Luc Godard, François Truffaut, dan Agnès Varda memberikan warisan dan fondasi yang kuat bagi industri film Prancis. Selain itu, kekuatan visual yang artistik menjadi kelebihan bagi industri film Prancis. Hal ini menghasilkan film-film yang kompleks dan mendalam seperti “The 400 Blows” (1959) dan “Breathless” (1960).

Namun, industri film Prancis juga tampaknya sulit menembus pasar internasional karena terlalu fokus pada pasar lokal sehingga kurang memperhatikan tren-tren global. Hadirnya platform streaming seperti Netflix dan Disney+ juga menjadi faktor yang menciptakan persaingan ketat bagi industri negara Menara Eiffel tersebut.  

Film Terlaris

Sebelum Perang Dunia I, Prancis memimpin industri film, sementara Amerika tertinggal jauh di belakang. Drama periode dan adaptasi sastra adalah genre yang umum pada masa itu, seperti yang tercermin dalam “Les Misérables” (1925) besutan Henri Fescourt.

Namun, tidak semua film Prancis yang hebat pada masa itu disutradarai oleh orang Prancis. “The Passion of Joan of Arc” (1928), salah satu film bisu Prancis yang paling relevan dengan budaya, disutradarai oleh sineas Denmark, Theodor Dreyer.

Setelah era film bisu, di tahun 1930-an muncul film-film bersuara seperti “They Were Five” (1936), “Pépé le Moko” (1937), dan “The Baker’s Wife” (1938). Film-film Prancis juga melanjutkan warisan Piala Oscar sejak kemenangan “Mon Oncle” (1958) untuk kategori Best International Feature Film. Film paling barunya, “Anatomy of a Fall” (2023) mendapatkan 5 nominasi Oscar dan menang pada kategori Best Original Screenplay.

Poster film
Poster film "The Intoucables". Foto: IMDb.

Lalu, film Prancis apa yang paling laris? Dilansir dari Collider, film Prancis paling laris adalah “The Intouchables” (2011) karya Olivier Nakache dan Éric Toledano dengan pendapatan kotor box office sebanyak $426 juta, diikuti oleh “Welcome to the Sticks” (2008) sebanyak $245 juta dan “Amélie” (2001) sebanyak $174 juta. 

Aktor dan Kru Film Terkenal

Di balik film yang memukau, pastinya ada aktor dan kru film yang bekerja untuk menghasilkan film tersebut. Nama seperti Abel Gance menyutradarai film epik “Napoléon”, sebuah karya agung berdurasi enam jam yang merupakan film bisu terbesar yang pernah dibuat (Rayan, 2023). 

Nama-nama legendaris lain di era film bisu adalah Marcel L’Herbier, Jean Epstein, Germaine Dulac, René Clair, Jacques Feyder, Louis Delluc, dan Raymond Bernard. Di era 1960-an, sineas seperti Jean-Luc Godard, François Truffaut, Robert Bresson, Jean-Pierre Melville, Agnès Varda, dan Claude Chabrol mendapatkan pujian untuk karya-karya mereka. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun