Dalam waktu lebih dari seratus tahun, film telah berevolusi menjadi bentuk representasi artistik dan komunikasi yang kompleks (Monahan & Barsam, 2021). Film merupakan industri global yang berpengaruh, menguntungkan, dan menjadi bentuk seni paling populer saat ini.
Film tidak terlepas dari industri. Saat pemangku kepentingan memasuki lanskap penceritaan visual, mereka akan beradaptasi dengan tuntutan dan peluang yang terus berubah dan disajikan oleh tinjauan industri film global sebagai bukti ketangguhan dan sumber daya dari mereka yang menggerakkan mesin industri ini (Rocken, 2024).
Film begitu melekat di kehidupan kita dari dahulu hingga sekarang. Industri film digadang-gadang menjadi sesuatu yang luar biasa, bahkan memberikan dampak signifikan pada perekonomian sebuah negara.
Ada begitu banyak industri film yang tidak asing di telinga kita, seperti Hollywood, Bollywood, Jepang, Korea, dan lain sebagainya.
Namun, industri film Prancis tampaknya tertutupi oleh film-film laris Hollywood, industri Anime Jepang, sampai Chungmuro Korea. Padahal, Prancis memiliki peran yang sangat besar dalam dunia film. Mengapa demikian?
Penemu kamera film pertama adalah dua bersaudara, Auguste dan Louis Lumière yang berasal dari kota Besançon, Prancis.
Mereka mematenkan kamera film mereka pada tahun 1895, sebuah perangkat yang tidak hanya memungkinkan untuk merekam gambar pada film bergerak, tetapi juga memproyeksikan gambar-gambar itu ke sebuah layar (Rayan, 2023).
Secara umum, film Prancis tidak banyak ditonton karena mereka hanya mengekspor sebagian kecil dari produksi tahunannya dibandingkan dengan industri film lainnya.
Alasan lain mungkin karena bahasanya, di mana bahasa Prancis tidak digunakan oleh banyak orang seperti bahasa Inggris.
Kondisi Terkini
Berdasarkan laporan tahunan dari CNC, organisasi perfilman nasional Prancis, produksi film Prancis meroket pada tahun 2023 yang menandai kembalinya ke tingkat sebelum pandemi karena anggaran yang melonjak (Leffler, 2024).
Total anggaran mencapai €1,34 miliar pada tahun 2023, naik 13,6% dari tahun 2022 dan naik 12,9% dari rata-rata tahun 2017-2019, terutama didorong oleh mitra Prancis yang menginvestasikan €1,1 miliar, tingkat tertinggi ketiga dalam satu dekade ini setelah tahun 2016 dan 2021.
Film “Under Paris” karya Xavier Gens yang dirilis di Netflix pada Juni lalu berada di posisi nomor satu untuk Daftar Netflix Paling Populer Untuk Film Non-Inggris dan ditonton sebanyak 95 juta kali sejak dirilis (Campione, 2024).
Tak lama setelah perilisannya, ajang Olympics 2024 digelar di Paris dan memunculkan banyak komentar soal sungai Seine.
Selain komentar soal kualitas airnya yang belum memadai, muncul juga komentar gurauan soal adanya hiu di bawah sungai Seine, efek menonton “Under Paris”.
Kelebihan dan Kelemahan
Industri film Prancis memiliki sejarah yang panjang dan kaya, melahirkan banyak karya klasik yang diakui dunia. Sineas legendaris seperti Jean-Luc Godard, François Truffaut, dan Agnès Varda memberikan warisan dan fondasi yang kuat bagi industri film Prancis.
Selain itu, kekuatan visual yang artistik menjadi kelebihan bagi industri film Prancis. Hal ini menghasilkan film-film yang kompleks dan mendalam seperti “The 400 Blows” (1959) dan “Breathless” (1960).
Namun, industri film Prancis juga tampaknya sulit menembus pasar internasional karena terlalu fokus pada pasar lokal sehingga kurang memperhatikan tren-tren global.
Hadirnya platform streaming seperti Netflix dan Disney+ juga menjadi faktor yang menciptakan persaingan ketat bagi industri negara Menara Eiffel tersebut.
Film Terlaris
Sebelum Perang Dunia I, Prancis memimpin industri film, sementara Amerika tertinggal jauh di belakang. Drama periode dan adaptasi sastra adalah genre yang umum pada masa itu, seperti yang tercermin dalam “Les Misérables” (1925) besutan Henri Fescourt.
Namun, tidak semua film Prancis yang hebat pada masa itu disutradarai oleh orang Prancis. “The Passion of Joan of Arc” (1928), salah satu film bisu Prancis yang paling relevan dengan budaya, disutradarai oleh sineas Denmark, Theodor Dreyer.
Setelah era film bisu, di tahun 1930-an muncul film-film bersuara seperti “They Were Five” (1936), “Pépé le Moko” (1937), dan “The Baker’s Wife” (1938).
Film-film Prancis juga melanjutkan warisan Piala Oscar sejak kemenangan “Mon Oncle” (1958) untuk kategori Best International Feature Film. Film paling barunya, “Anatomy of a Fall” (2023) mendapatkan 5 nominasi Oscar dan menang pada kategori Best Original Screenplay.
Lalu, film Prancis apa yang paling laris? Dilansir dari Collider, film Prancis paling laris adalah “The Intouchables” (2011) karya Olivier Nakache dan Éric Toledano dengan pendapatan kotor box office sebanyak $426 juta, diikuti oleh “Welcome to the Sticks” (2008) sebanyak $245 juta dan “Amélie” (2001) sebanyak $174 juta.
Aktor dan Kru Film Terkenal
Di balik film yang memukau, pastinya ada aktor dan kru film yang bekerja untuk menghasilkan film tersebut. Nama seperti Abel Gance menyutradarai film epik “Napoléon”, sebuah karya agung berdurasi enam jam yang merupakan film bisu terbesar yang pernah dibuat (Rayan, 2023).
Nama-nama legendaris lain di era film bisu adalah Marcel L’Herbier, Jean Epstein, Germaine Dulac, René Clair, Jacques Feyder, Louis Delluc, dan Raymond Bernard.
Di era 1960-an, sineas seperti Jean-Luc Godard, François Truffaut, Robert Bresson, Jean-Pierre Melville, Agnès Varda, dan Claude Chabrol mendapatkan pujian untuk karya-karya mereka.
Selain sineas, aktor dan aktris juga memainkan peran penting dalam kesuksesan sebuah film. Aktor seperti Omar Sy menunjukkan akting yang piawai melalui “The Intouchables” (2011) dan serial Netflix, “Lupin” (2021).
Nama besar lain seperti Jean Dujardin, Audrey Tautou, Gérard Depardieu, Louis de Funés juga memenangkan banyak penghargaan.
Tak hanya itu, aktris Marion Cotillard juga menampilkan akting yang memukau dalam film “La Vie En Rose” (2007) dan menjadi aktris Prancis pertama yang memenangkan piala Oscar dalam kategori Best Actress untuk film berbahasa Prancis.
Dalam bahasan ini, masa depan keberlanjutan dan transformasi industri film Prancis terletak pada kemampuannya untuk beradaptasi dengan perubahan kebiasaan konsumen, kemajuan teknologi, dan pergeseran pasar global.
Hal ini termasuk merangkul praktik-praktik terbaik di lokasi syuting, memupuk keragaman dan inklusivitas dalam industri, dan mengembangkan model ekonomi baru sebagai respons terhadap munculnya platform digital.
Daftar Pustaka
Campione, K. (2024, August 6). ‘Under Paris’ Eyes No. 1 On Netflix Most Popular List For Non-English Films; ‘Saving Bikini Bottom’ & ‘A Good Girl’s Guide to Murder’ Top Weekly Charts. Retrieved from https://deadline.com/2024/08/under-paris-netflix-most-popular-saving-bikini-bottom-a-good-girls-guide-to-murder-viewership-1236032863/
Haasbroek, L. (2024, April 12). The 10 Highest-Grossing French Movies, Ranked. Retrieved from https://collider.com/highest-grossing-french-movies-ranked/
Leffler, R. (2024, March 27). French production returned to pre-pandemic levels in 2023 as mid-budget films make a comeback. Retrieved from https://www.screendaily.com/news/french-production-returned-to-pre-pandemic-levels-in-2023-as-mid-budget-films-make-a-comeback/5191938.article
Monahan, D., & Barsam, R. (2021). Looking at movies: An introduction to film (7th ed.). New York: WW Norton & Company.
Rocken. (2024, March 28). Exploring the Film Industry: Insights & Dynamics. Retrieved from https://ro-bust.co.za/how-would-you-describe-the-film-industry/#
Rayan. (2023, March 10). Exploring the Rich Legacy of French Cinema: A Historical Journey. Retrieved from https://www.superprof.co.uk/blog/history-of-french-cinema/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H