Mohon tunggu...
Lukman Hakim
Lukman Hakim Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Lahir di Dzakarta, n hidup di tengah kaum dhua'afa. Ingin menjadi Inpirite for Dhua'fa Communities. Bercita2 mjd Bpk asuh dari anak2 cerdas yg gak mampu, menyuarakan aspirasi mereka Yuuk kita BERCINTA. cinta kelg, anak2, ortu,.... cinta remaja, n'..hmmmm dlm KLINIK CINTA milik elha

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tangisan Pelacur…Jakarta Undercover 3

29 Oktober 2009   01:09 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:30 8685
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Rudy masih mendekap erat kepala Ningsih, seolah tahu apa yang sedang dipikirkannya. Kesempatan itu tentu tidak disia-siakan oleh Ningsih. Sekali-sekali dia mencuri kesempatan dengan mencium butiran kecil di dada Rudy.

Suasana hening. Tak ada satupun suara keluar dari mulut mereka. Masing-masing larut dalam pikirannya sendiri-sendiri. Hanya bunyi gerakan kipas angin kecil di atas kamar sewaan itu. Kipas angin yang sudah agak rusak dan sering berdenyit....kreeekkk..krekkk....kreeeekkk

"...Sudah satu jam Mas...." Ningsih mengakhiri pengembaraan pikiran mereka

Waktu menunjukkan Pk. 08.00 malam. Detak jarum jam dinding kecil seolah menyadarkan mereka bahwa sudah lama mereka berdiam diri, berpelkukan di sudut ruang kecil terbuat dari kayu ber-ukuran 2x4 itu. Jam dinding kecil yang sudah agak kusam itu memang sengaja dipasang diatas tempat tidur sebagai pengingat dan pembatas waktu bagi pelanggan

"..oh ya..rapihin bajumu..." bisik Rudy

"hehehe..apanya yang mau dirapihin Mas. Khan kita gak ngelakuin apa-apa...hehehe" sela Ningsih

Rudy terkesima. Dia melihat keadaan dirinya. Masih seperti semula. Tidak ada satupun yang terbuka. Baju, celana, sepatu, bahkan topi ‘Sherlock' kesayangannya....(Sherlock adalah tokoh Detektif abad 18-19)

Seperti biasa, sebelum melakukan terapi Rudy selalu berbincang dengan si terapis. Hanya entah kenapa, tadi Rudy kebablasan menanyakan keadaan anaknya, ibunya, suaminya, keluarganya. Hingga alasan mengapa Ningsih bisa sampai ke lokasi Panti Pijat. Apakah sudah seijin orang tua dan anaknya, atau sembunyi-sembunyi.

Rudy tersenyum memandang Ningsih. Kemudian mereka tertawa bersama...."Hehehehehehehe..."

Dua hari kemudian Rud berkunjung ke rumah Ningsih di bilangan Jakarta Timur. Persis di depan gang rumahnya dia dikejutkan oleh laju bajaj yang berlari cepat. Secara reflex Rudy meloncat ke pinggir jalan. Malang kakinya tak menjangkau ujung parit sebagai pijakannya. Dia terjerembab kedalam parit jalan yang kotor. Spontan dia berteriak....."Bajaj gila....Uedan..."

Dari dalam keluar seraut wajah. Seraut wajah itu meneriakan kata maaf. Wajah wanita berkulit putih, berambut ikal, dan berparas khas tanah pasundan...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun