Ah, ya, ia hampir sampai!
Hatinya sontak bersorak riang.
Sekali lenting tubuhnya kembali melesat. Menyusup di antara rerimbun semak dan pepohonan Â
Hup!
Sebentar kemudian ia sudah menemukan apa yang dicari.
***
Jika satu kebaikan datang mengetuk pintu, maka biarkan kebaikan-kebaikan lain melompat melewati jendela.
"Masuklah!" Suara serak dari dalam gubuk membuatnya gegas mendorong daun pintu yang terbuat dari anyaman bambu. Ia sontak membungkukkan badan begitu melihat seseorang---lelaki tua berambut panjang dan berpakaian compang-camping, berdiri di dekat tungku perapian, membelakanginya.
"Salam, Pendekar Tanpa Bayangan. Aku datang untuk..."
"Ya, aku tahu! Aku tahu cacing-cacing di perutmu sudah tidak sabar lagi ingin menyantap daging panggang gurih ini! Bhuahahaha....!!!"
***
Kenyang menikmati daging panggang buatan tuan rumah, Busu mengambil posisi duduk bersila di atas amben tak jauh dari lelaki berpenampilan nyentrik itu. Ia ingin segera menyampaikan maksud kedatangannya.