Selang beberapa menit ia himpun energi panas itu di kedua telapak tangan. Bulir-bulir keringat mulai bercucuran membasahi kening. Ia tak peduli. Ia hanya peduli pada satu hal, yakni menyelamatkan nyawa Nyai Fatimah!
"Huuuft...hiyaaaa! Huuufttt....hiyaaaa....!!! Huuuft, arrgggh...."
Pada tiga kali penyaluran tenaga dalam, Ni Ayu merasakan hentakan kuat mengenai dadanya. Hentakan itu membuatnya terpental beberapa depa ke belakang.
Braakkkk!!!
Tubuhnya terbanting keras tanpa ampun. Napasnya tersengal. Dadanya terasa nyeri. Ia merintih sebentar. Sesudahnya, semua menjadi gelap.Â
***
Malam erat memeluk kabut. Angin berembus menguarkan aroma wangi penuh misteri. Aduhai, jari. Tidakkah sesekali ingin menuding dada sendiri?
Masih di Hutan Garangan
Sepasang mata berkilau mengawasi dari balik rimbun pepohonan. Siur angin tak mampu mengubah arah tatapan tajam penuh gairah itu.
"Sabar, Empus. Jangan terburu melompat ke sana." Bisik seorang laki-laki berikat kepala putih yang tiba-tiba saja muncul di samping pemilik mata berkilau itu.
"Grrrrrrr..."