Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cersil (2): Kemilau Pedang Cinta

14 Januari 2023   05:42 Diperbarui: 14 Januari 2023   09:57 1014
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Tidak, bukan begitu. Eh, aduh, bagaimana ini. Air yang kujerang pasti sudah mendidih!" Nyai Fatimah buru-buru mengalihkan pembicaraan.

"Bagaimana air akan mendidih kalau kaulupa menyalakan apinya, Nyai?" Senyum Maha Guru Ayah kian melebar.

Nyai Fatimah tertegun. 

Kalimat itu, ah, mengapa ia masih mengingatnya sampai sekarang? 

"Maafkan aku." Nyai Fatimah takbisa lagi menyembunyikan rasa bersalahnya.

"Maaf untuk apa? Untuk penolakan cinta di masa lalu? Dengar, Fatimah. Aku sudah ikhlas menerima takdirku."

"Tidak, Firdaus. Kau belum sepenuhnya ikhlas. Buktinya kau masih menyelamatkan aku. Mengapa tidak kaubiarkan saja aku mati?"

Mendengar kata-kata Nyai Fatimah, Maha Guru Ayah sontak merangsek maju. Diraihnya tangan perempuan itu lalu digenggamnya erat-erat.

"Guru! Eh, maaf...aku kira Guru sendirian." Seseorang tiba-tiba muncul dari balik pintu dapur, membuat wajah Nyai Fatimah dan Maha Guru Ayah bersemu merah.

Artati. 

Murid senior berjuluk Pendekar Tepi Sungai Mahakam itu sontak berbalik badan. Hatinya merasa perih menyaksikan adegan tak terduga itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun